Page 32 - MODUL FIQIH PPG 2021
P. 32
yang telah disepakati. Dan perceraian kedua pasangan itu secara otomatis dikarenakan
habisnya masa kontrak. Jelas nikah mut’ah ini bertentangan dengan prinsip dan tujuan
nikah dalam Islam.
2. Menghalalkan kembali nikah mut’ah berarti langkah mundur dari sesuatu yang telah
ditetapkan secara sempurna oleh Islam. Salah satu sebab diperbolehkannya nikah pada
zaman Nabi karena kondisi “transisi” dari Jahiliyah kepada Islam. Di mana perzinahan pada
zaman Jahiliyah merupakan budaya yang sudah menyebar. Diperboehkannya nikah mut’ah
ketika itu sebagai langkah proses menuju pernikahan yang sempurna. Jadi nikah mut’ah
sekarang ini tidak dapat dibenarkan karena sudah disyariatkannya nikah yang sempurna.
3. Alasan darurat untuk menghalalkan kembali nikah mut’ah merupakan alasan yang terlalu
dibuat-buat. Sebab alasan darurat diperbolehkannya nikah mut’ah pada zaman Nabi itu
dalam keadaan berperang di mana isteri mereka tinggal berjauhan, sulit mereka untuk
bertemu. Apakah relevan kalau hanya alasan nafsu seks itu dijadikan dalih untuk
membolehkan nikah mut’ah sekarang ini? Tentu tidak relevan karena itu qiyas fariq yang
tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
4. Dampak negatif yang diakibatkan dari nikah mut’ah sangat merusak dimensi sosial. Sebab
akibat nikah mut’ah akan bermunculan perempuan-perempuan yang kehilangan suaminya,
seakan-akan wanita dijadikan pemuas nafsu laki-laki sesaat dan akan muncul anak-anak
yang tidak mendapatkan kasih sayang ayahnya. Hal ini akan menggangu pertumbuhan
psikologis anak.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa nikah mut’ah
yang dibolehkan dalam Islam sudah berakhir, yaitu hanya boleh ketika zaman Nabi dengan
alasan darurat dan ada hikmah tasyri’ di dalamnya. Maka tidak ada alasan yang dapat
dibenarkan untuk kembali mengahalakan nikah mut’ah sekarang ini. Hukum nikah mut’ah ini
telah tegas keharamannya baik dilihat secara akal dan wahyu. “Yang haram telah jelas dan
yang halalpun telah jelas”.
15