Page 28 - MODUL FIQIH PPG 2021
P. 28
hikmah yang besar, yaitu kepentingan dakwah Islam sebagaimana dikemukakan oleh Abbas
Mahmud al-Aqqad sebagai berikut:
1. Untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran agama. Semua isteri Nabi yang berjumlah
sembilan dapat dijadikan sumber informasi bagi umat Islam yang hendak mengetahui
ajaran-ajaran Nabi dan praktek kehidupan beliau dalam berkeluarga, bermasyarakat,
terutama masalah rumah tangga.
2. Untuk kepentingan politik, yaitu mempersatukan suku-suku bangsa Arab dan sekaligus
menarik mereka masuk Islam. Seperti perkawinan Nabi dengan Juwairiyah putri al-Harist
kepala suku bani al-Musthaliq dan Shafiyah, seorang tokoh dari Bani Quiraizhah dan Bani
al-Nadhir.
3. Untuk kepentingan sosial dan kamanusiaan. Seperti perkawinan beliau dengan janda
dermawan bernama Khadijah dan janda pahlawan Islam seperti Saudah binti Zuma’ah
(suaminya meninggal setelah kembali dari hijrah ke Abesenia), Hafsah binti Umar
(suaminya gugur pada perang badar), Hindun Ummu Salamah (suaminya gugur di perang
Uhud).
Seandainya saja motif Rosul untuk nikah lebih dari satu karena dorongan sex, mungkin
yang wanita yang dinikahi adalah gadis-gadis cantik bangsa Arab. Tapi hal itu sama sekali
tidak dilakukan oleh Rasulullah tapi justru dengan Siti khadijah yang umurnya lebih tua 15
tahun dibandingkan umur beliau. Demikian dengan isteri-isteri beliau yang lain, semuanya
dinikahi bukan karena tuntutan nafsu , tapi bermotif dakwah yang ternyata motif tersebut
dapat membantu keberhasilan tugas beliau sebagai utusann Allah. Dengan demikian, pada
pernikahan Rasul terdapat hikmah yang tinggi yang bernilai dakwah, pendidikan dan sosial
kemasyarakatan. Argumentasi logis seperti telah tersebut dapat meruntuhkan segala tuduhan
negatif yang dilontarkan oleh kaum orientalis terhadap kebolehan rasul bersiteri lebih dari satu.
3. Nikah Mut’ah
Semarak nikah mut’ah atau sering disebut dengan nikah kontrak nampaknya masih
menghiasi kehidupan sebagian kecil masyarakat. Keprihatinan dan kehwatiran pun muncul dari
orang tua, tokoh masyarakat, pendidik bahkan ulama terhadap pernikahan yang terkesan
“main-main” ini. Praktek nikah mut’ah seperti tersebut terjadi selain karena terdapat legitimasi
dari kelompok yang membolehkan, juga ditemukan alasan untuk terhindar dari perzinahan
demi memenuhi tuntutan sex sesaat. Untuk dapat menguji keabsahan nikah mut’ah yang
11