Page 26 - MODUL FIQIH PPG 2021
P. 26
Rasulullah bersabda:
ِ
ِ
ِ ِ
ِِ
ِ ِ
وبأ هاور( لَئام وَأ اط ِ ق ً اس هيَّ قش دحَأ ريَ ةمايقلا ٍ و ي ءال ىرخلَا ىَ لع اهِدحلَ ِ ْيْ نتََأرما هَ ل تناك نم
ْ
ْ ُ ْ
ً
َ
ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ
ُْ َ
َ ْ َ َ
َ ُ َ َ َََ َ َ
َ ْ
ْ َ
َ َ َ ُ
َ
َ
)َواَ
Artinya: “Siapa yang memilki dua orang isteri tapi ia lebih berpihak kepada salah satunya,
maka pada hari qiamat ia berjalan dalam keadaan menarik salah satu pundaknya
(miring).” (HR. Abu Daud)
Yang dianggap perbuatan menzalimi dalam Hadits di atas adalah ketidak-adilan
seorang suami dalam memenuhi hak-hak isteri yang dipandang kuasa bagi suami untuk
memenuhinya seperti nafkah lahir dan waktu gilir.
ْ
ْ
Terkait dengan keadilan bentuk kedua yakni keadilan yang bersifat batin ( َقل ْ ا ُلْي َ ملَا),
ب
ي
ل ِ
kecenderungan hati/cinta. Usaha untuk berlaku adil dalam membagi cinta kepada isteri-isteri
inilah yang sesungguhnya sangat berat bagi seorang suami. Dan hal ini sudah bisa dipastikan
tidak dapat dilakukan oleh suami untuk berlaku adil sebagaimana diisyaratkan oleh al-Qur’an:
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ ِ
اوقَّ ت تو اوحل صت نإو ةقل َّ ع مْ لاك اهورَ ذت ف ِ ْيمْ لا ْك اوُ ليَ ل لَف مت ارح وَ لو ءا سنلا ينب اوُ لدع ت نَأ اوعيطت ست نَ لو
ُ َ َ
َْ ْ
َّ ُ
َ
َ ُ ْ ُ ْ
ُ َ
َ
ََ
َْ
ِ ََْ
ْ ْ َ
َ
ََ ُ ْ ََ ْ َ
ُ َ
ْ
َ ُ
َ
ِ
ِ
اميحر اروفغ ناك َّ للَّا َّ نإف َ
َُ َ َ
َ
ً َ ً
Artinya: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri- isteri (mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu
cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.
Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa:129)
Kalau seandainya keadilan membagi cinta ini menjadi syarat yang mutlak bagi seorang
suami, maka tertutup hukum kebolehan bagi seorang suami untuk berpoligami meskipun
sudah berada pada kondisi yang darurat. Oleh karena sulitnya beralaku adil dalam membagi
cinta, maka Menurut Yusuf Qardhawi ini adalah keadilan yang dimaafkan dan diberikan
toleransi, namun tidak termaafkan untuk nafkah lahir.
Ayat ini juga dapat dipahami bahwa seorang suami yang berpoligami tidak hanya untuk
berkomitmen untuk adil, karena ayat tersebut memastikaan bahwa siapa pun seorang suami
tidak akan pernah bisa berbuat adil kepada isteri-isterinya, karena itu penting keharusan adanya
maslahat yang lebih besar untuk isteri-isteri dan anak-anaknya. Perhatikan bagaimana
tingginya konflik berumah tangga bagi para suami yang beristeri lebih dari satu, perseteruan
antar para isteri, kecemberuan buta, permusuhan antara para anak, perebutan harta waris dan
dosa-dosa yang ditimbulkan akibat perilaku berpoligami. Karena itu, pikirkan kemaslahatan
9

