Page 10 - E-Modul Etnosains "Menyirih"
P. 10
Masyarakat Indonesia telah lama mengenal daun sirih sebagai
bahan menginang dengan keyakinan bahwa menginang dapat
menguatkan gigi, menyembuhkan luka di mulut, menghilangkan bau
mulut, menghentikan pendarahan gusi, serta sebagai obat kumur.
Fungsi menginang juga sebagai tata pergaulan dan tata nilai
kemasyarakatan. Misalnya, bahan-bahan menginang dijadikan
hidangan penghormatan untuk tamu, dan sebagai alat pengikat dalam
pertunangan sebelum menikah. Menginang juga digunakan sebagai
sesaji yang digunakan dalam upacara adat istiadat dan upacara
kepercayaan atau religi.
Kebanyakan orang mulai menyirih dari keturunannya, dari muda,
anak-anak mulai bisa menyirih jika dikeluarganya ada yang menyirih
hingga yang sudah tua bahkan sudah tidak punya gigi lagi. Tidak ada
Batasan usia dalam menyirih. Jika sudah terbiasa menyirih
diperbolehkan sejak anak-anak, untuk yang sudah tidak punya gigi lagi
untuk mengunyah sirih biasanya Masyarakat menggunakan alat bantu
seperti ulekan. Mengunyah sirih pinang dilakukan tanpa mengenal
waktu. Mengunyah sirih pinang telah dilakukan sejak usia anak- anak
sampai usia dewasa sekarang ini. Mengunyah sirih pinang memberikan
dampak yakni memberikan rasa kegelisahan apabila tidak
mengkonsumsinya, merasakan adanya stres kalau tidak mengunyah
sirih pinang, dan seperti orang melamun yang tidak memiliki
pandangan karena mata terasa gelap. Keadaan akan seperti semula
apabila telah mengunyah sirih pinang. Kondisi seperti itu yang
kemudian menimbulkan rasa kecanduan bagi pengunyah. Dampak dari
kecanduan tersebut membuat para pengunyah selalu melakukan
aktivitas mengunyah sirih pinang setiap harinya mulai dari awal
mengunyah sirih pinang pertama kali sampai sekarang ini dan selalu
membawanya ketika berpergian (Jeltim, 2019).
Masyarakat merasakan dampak positif dan negative dari perilaku
menyirih. Dampak positif yang dirasakan saat menyirih yaitu, tubuh
terasa segar, bau mulut menjadi hilang, gigi terasa kuat. Sedangkan
dampak negatif yaitu, lidah terasa tebal, luka pada pinggiran mulut
dan lidah, pusing, dan merasa ketagihan. Perilaku menyirih tidak
memiliki batasan umur sehingga perilaku menyirih bebas dilakukan.
Kepercayaan tentang khasiat menyirih bagi kesehatan gigi dan mulut,
membuat masyarakat cenderung tidak menjaga kebersihan mulut
dengan baik. Terdapat banyak masyarakat yang memiliki perubahan
warna pada gigi, penumpukan plak dan karies gigi. Masyarakat
memiliki kepercayaan bahwa buah pinang yang digunakan untuk
menyirih dianggap sebagai bentuk persahabatan. Menyirih dipercaya
dapat menghilangkan rasa sakit gigi dan dapat membuat gigi menjadi
kuat. Hal ini menyebabkan perilaku menyirih meningkat, sehingga
berdampak pada kesehatan gigi dan mulut (Kamisorei & Devy, 2018).
5