Page 61 - E - MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 61
Prinsip pemikiran ini mencoba mempertahankan kembali paradigma
yang mainstream yang ada dan idiologi yang tersembunyi
didalamnyasekaligus merupakan paradigma alternatif yang diharapkan
mampu mengubah struktur dan superstruktur yang menindas rakyat serta
membuka kemungkinan bagi rakyat untuk mewujudkan potensi
kemanusiaan. Beberapa kelompok liberal-transformatif menerapkan
paradigma teologi pembebasan yang didobsi oleh Asghar Ali Engineer dan
Hasan Hanafi. Salah satu bentuk yang paling nyata dilakukan di pesantren-
pesantren. Moeslim Abdurahman, Mansoer Faqih, dan Abdurrahman dalah
57
contoh dari pemikir liberal transformatif pada awal pertumbuhannya.
Baik Moslim Abdurahman maupun mansour Faqih dapat disebut
sebagai generasi pemikir islam yang becorak transformatif karena cara
pandangnya yang transformatif terhadap problema sosial. Mereka mencoba
memberikan tawaran alternatif pada masyarakat untuk melihat masalah
sosial dari kacamata agama islam. Moslim Abdurahman maupun Mansour
Faqih dapat dikategorikan sebagai penerus teologo tradisi pembebasan di
Indonesia, pasca Abdurrahman Wahid. Keduannya juga tampak mengamini
kerangka berfikir kaum Marxis yang menempatkan ketergantungan dan
hegemoni sebagai sumber masalah kemanusiaan dari kemiskinan. Dalam
kaitannya dengan struktur sosial yang tidak adil misalnya, Moeslim
Abdurahman mencoba memberikan tafsir alternatif yang mengarah pada
transformasi. Sebagai bentuk praksis dari keperdulian islam transformatif
tidak ada kata lain kecuali, ajaran-ajaran islam harus mampu menyentuh dan
menyapa kaum Dhuafa dan kelompok marjinal. Keduannya merupakan
kelompok tersisih yang terhadi karena banyak penyebab, seprti
pembangunan yang tidak ramah tamah manusia, ketidak adilan dan
ketimpangan ekonom, serta politik dan struktur sosial yang tidak adil
57 Zuly Qodir, Islam Liberal, hlm.148
56