Page 58 - E - MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 58

tidak mampu memainkan perannya dalam bikorasi, bahkan di Departemen

                               Agama. Hal yang terjadi adalah  adannya proses peminggiran sistenatis oleh
                               rezim  Orde  Baru  hinga  aktivis  islam  politik  tidak  berkutik.  Berdasarkan

                               pemahaman seperti itu, tampaknya umat islam harus melakukan redifinisi

                               atas perspektif politiknyadihadapan  Negara.  Islam  dan Negara tidak lagi
                               dianggap musuh. Untuk menghilangkan kesenjangan antara islam dengan

                               Negara,  hal-hal  yang  perlu  dikembangkan  menurut  kelompok  adalah
                               penghapusan mitos bahwa santri harus berpolitik praktis atau menempatkan

                               diri  sebagai  oposan  terhadap  Negara.  Hal  yang  penting  adalah

                               mengembangkan  hubungan  baik  antara  islam  dengan  Negara  sehingga
                               mampu mencitrakandiri bahwa islam adalah patner Negara, bukan musuh,

                               dalam  upaya  membangun  bangsa  yang  berdaulat.  Adapun  yang  perlu
                               dilakukan  adalah  pengambilan  peran  oleh  elite-elite  muslim  untuk  turut

                               serta dalam proses pengambilan kebijakan Negara jika meraka harus masuk
                               dalam  lembaga  politik  dan  birokrasi  formal.  Partisipasi  ini  secara  tidak

                               langsung  akan  menghapus  kesan  bahwa  islam  adalah  musuh  Negara.

                               Jelasnya, sifat akomodatif cendikiawan muslim terhadap negara merupakan
                               langkah  pentinguntuk  menjamin  terwujudnya  cita-cita  masyarakat  islam

                               dan menata kehidupan islam dalam rangka tatana sosial-politik dan idiologi
                               yang diterima secara nasional. Tidak perlu lagi terjadi konfrontasi antara

                               islam  dengan  Negara,  seperti  zaman  aktivis  islam  politik  generasi
                                           51
                               sebelumnya.
                                   Ketiga,  memulihkan  citra  islam,  terutama  aktivis  politik  muslim,

                               sebagai musuh Negara. Dengan menampilkan diri secara elegan, komunitas
                               islam tidak diangap sebagai kelompok yang harus dicurigai oleh Negara.

                               Masuknya beberapa cendekiawan muslim dalam kabinet Soeharto priode

                               1992 dan 1997 merupakan buktinkonkret bahwa cendekiawan muslim dan
                               aktivis  islam  politik  telah  mengunah  orientasi  politiknya  secara  lebih

                                          52
                               akomodatif.  Melihat realita seperti itu, umat islam diminta untuk bersikap

                        51 Deliar Noer, 1982; Zuly Qodir, Islam liberal, hlm. 128
                        52 Hefner ,1995;Barton, 1982



                                                              53
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63