Page 57 - E - MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 57

islam ketika dibawah rezim orde baru. Mereka disebut sebagai cendikiawan

                               muslim yang berafiliasi dengan Masyumi, yang oleh Gusdur disebut sebagai
                               kelompok  cendikiawan  sectarian.  Perjuangan  islam  tahun  1970-an  dan

                               1980-an dlam mempertahankan dan memperluas cakrawalannya senantiasa

                               terhambat akibat kecurigaan  yang berlebihan terhadap dari pihak kekuasaan
                               sehingga  tuduhan  ekstrem  kanan  terhadap  umat  islam  sering  terdengar

                                                    49
                               (Kuntowijoyo, 1993).
                                   Ada tiga aspek yang dapat dilihat daro pola pemikiran islam yang yang

                               bercorak liberal-progresif yang bersifat akomodatif-kritis. Pertama, islam

                               tidak boleh berdiri sendiri, sehingga memperhadapkan islam dengan negara.
                               Dalam  hal  ini  pancasila  tidak  boleh  dipertentangkan  dengan  islam.

                               Pandangan ini didasarkan pada pemahaman religi-politik bahwa tiap sila
                               dalam pancasila sejalan dengan ajaran-ajaran ahama islam. Oleh karena itu,

                               dalam pandangan kelompok ini, tidak penting dan tidak ada alasan bagi para
                               pendukung  islam  politik  untuk  meragukan  keabsahan  Indonesia  yang

                               didasarkan dengan idiologi non-agama (Pancasila). Sebagai implikasi dari

                               pemahaman tersebut, aktifis islam politik tidak diharuskan memperjaangkan
                               islam  sebagai  dasar  Negara  untuk  mengganti  Pancasila.  Hal  yang  lebih

                               penting adalah umat islam memiliki kebebasan dalam menjalankan ajaran
                               agamanya agar tujuan dan cita-cita islam dapat terpenuhi. Oleh karena itu,

                               dalam kelompok ini, cita-cita aktivis islam politik yang akan memformalkan

                               islam harus dilihat kembali, bahkan dikoreksi. Hal itu dikarenakan, nilai-
                               nilai  dasar  dari  setiap  sila  terbukti  tidak  ada  yang  bertentangan    dengan

                               ajaran islam. Dengan pemahaman seperti ini, ada kemungkinan bagi umat
                               islam untuk berperan secara lebih besar dalam tatnan politik dan idiologi

                                                       50
                               yang sudah sekarang ini.
                                   Kedua, sepanjang sejarah politik Orde Baru, umat islam belum pernah
                               berada  dalam  posisi  membangun  posisi  politik  yang  kuat,  kecuali  tahun

                               1955, itu pun tidak berlangsung lama. Dalam kondisi seperti ini, umat islam


                        49 Zuly Qodir, Islam Liberal, hlm.125
                        50 Zuly Qodir, Islam Liberal, hlm.127



                                                              52
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62