Page 7 - Novel non fiksi-BERHENTI MENJADI HAKIM LAYAR-
P. 7

Rasa “paling benar” itu menular. Satu komentar

               menghujat akan memicu komentar lain. Satu
               kalimat kasar melahirkan ribuan kalimat serupa.

               Akhirnya terbentuklah “pengadilan massa” di

               dunia maya. Netizen beramai-ramai melempar

               batu kata-kata, tanpa pernah peduli siapa yang

               mereka lukai.
               Ironisnya, orang yang menghujat justru merasa

               dirinya lebih suci, lebih pintar, dan lebih

               bermoral     dibanding     orang    yang     ia  hujat.

               Padahal, siapa yang benar-benar suci di dunia

               ini? Siapa yang berhak menghakimi hidup
               orang lain hanya berdasarkan potongan layar?




               Luka yang Tak Terlihat

               Kita sering berkata, “Ah, itu cuma komentar di

               sosmed. Jangan dipikirin.” Tapi siapa pun yang
               pernah     jadi   korban     hujatan    tahu    betapa

               pedihnya luka yang ditinggalkan. Luka yang

               tidak terlihat di kulit, tapi membekas di hati.

                                     Berhenti Menjadi Hakim Layar| 7
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12