Page 23 - MODUL SUFA REVISI
P. 23
terdiri atas lima oran, masing-masing ialah J.H van Mook, J.H. Van Royen,
J.H. Logeman, Willem Drees, dan Dr. Schermerhorn (Zeed, 2012: 220).
Pokok perundingan di Belanda ialah untuk menuntaskan pembicaraan
pendahuluan yang sebelumnya dilakukan di Jakarta.
Unsur-umsur pokok “draf Jakarta”
1. Pengakuan de facto atas kekuasaan Republik Indonesia atas Jawa
dan Sumatera;
2. Kedua belah phak sepakat untuk memandang masingmasing pihak
sebagai mitra sejajar dalam perundingan selanjutnya;
3. Struktur federal bagi Indonesia masa datang
4. Adanya masa peralihan
Perundingan pada bulan April 1946 telah mengalami deadlock
sejak hari pertama sebab masing-masing Negara membawa tujuannya
masing-masing yang berbeda. Delegasi Indonesia mengharapkan akan
adanya langkah-langkah nyata kearah pengakuan kemerdekaan
Indonesia, sementara delegasi Belanda menganggap pertemuan di Hoge
Veluwe itu sekedar pertemuan pendahuluan. Hal ini disebabkan hanya
dalam pertemuan itu pemerintah Belanda berhak mengambil tindakan,
lebih dari itu tidak bisa karena harus menunggu pemilihan umum pada 17
Mei 1946. Meskipun demikian perundingan informal tetap dilanjutkan
sampai hari terakhir (Zeed, 2012: 220). Pada siding yang ditutup pada 24
April 1946, Perdana Menteri Schermerhorn memberikan pidato penutup.
Kegagalan konferensi Hoge Veluwe ternyata Van Mook rupanya
sengaja tidak melaporkan rincian draft Jakarta kepada pemerintah
Belanda di Den Haag dan Sjahrir pun merasa belum perlu
membicarakannya dengan Presiden Soekarno, meskipun keduanya
mendapat izin dari pemerintah mereka masing-masing untuk
E-MODUL PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS INKUIRI 16

