Page 139 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 139

/.

                                       BAB  IV
                 KEADAAN DI DAERAH DARI TABUN 1928 - 1942



            A.   PENGARUH  POLITIK  PEMERINTAH HINDIA  BELANDA
                PADA TAHUN ±  1930

            1.   Politik keras terhadap gerakan non-koperasi.
                Alam  politik pergerakan nasional Indonesia untuk menentang
            penjajan  Belanda  memperlihatkan  adanya  gerakan  non  koperasi
            dan  gerakan  berkoperasi  dengan  pemerintah  kolonial.  Yang  di-
           ·maksudkan  dengan  gerakan  non  koperasi  ialah sikap  organisasi-
            organisasi  pergerakan  yang  karena  menentang politik pemerintah
            kolonial  tidak  mau  bekerjasama  dengan  pemerintah  Belanda,
            sedangkan  gerakan  berkoperasi  ialah  suatu  sikap  dari  beberapa
            organisasi  pergerakan  yang  mau  bekerjasama  dengan  pemerintah
            kolonial  untuk  mencapai  tujuan-tujuan  organisasi  itu.  Kedua
            sikap ini sebenamya mulai nampak ketika pemerintah mendirikan
            lembaga  Volksraad.  Organisasi  yang  menganut  asas  non koperasi
            sama sekali tidak mau mengirimkan wakilnya untuk duduk sedang-
            kan yang menganut asas koperasi mengirimkan wakilnya duduk di
            Volksraad  dengan  maksud  mempergunakan  lembaga  itu  untuk
            kepentingan perjuangan.
                 Organisasi  yang  menganut  asas  non  koperasi  terdiri  dari
            organisasi  yang sama  sekali tidak mau diwakili baik dalam  Volks-
            raad  maupun dalam lembaga-lembaga perwakilan di daerah-daerah
            serta  tidak  memperkenankan anggotanya bekerja sebagai pegawai
            pemerintah  (misalnya  PNI)  serta  organisasi  yang  walaupun tidak
            mau diwakili di semua lembaga perwakilan namun tidak melarang
            anggotanya  bekerja  pada pemerintah {misalnya PSII) atau malah-
            an  menganjurkan  anggotanya  untuk  bekerja  pada  pemerintah
            dengan  tujuan  agar  anggotanya  itu  dapat  memiliki  pengalaman
            pemerintah (misalnya PARINDRA).
                Kegiatan-kegiatan  politik  dari  organisasi-organisasi   yang
            menganut  asas  non koperasi  itu sejak  semula  diamat-amati  oleh
            pemerintah kolonial.  Setiap kejadian yang menimbulkan kekacau-
            an di kalangan masyarakat selalu dihubung-hubungkannya dengan
            organisasi-organisasi  itu.  Dapat  dikemukakan  misalnya  peristiwa
            pemberontakan  rakyat  5  Juni  1919  di  Tolitoli  (daerah  Sulawesi
            Tengah).  l)alam  peristiwa  tersebut  pejabat  Belanda (Controleur)

            130
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144