Page 45 - SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL DAERAH SULAWESI UTARA
P. 45
d. Upacara perkawinan:
Minurut e un sinsim waki la/an ne Paempungan e royor I
Tembone'la ya tele'u ne makanaramen e royor I Sinsim wu-
lawan lumo'or se maloyan weru e royor / Wulawan winatuan
u raung kerap ne sumesena' e royor.
Artinya:
Dipungut sebentuk cincin di jalan ke tempat para dewa /
Cincin pusaka peninggalan nenek moyang tercinta / Terben-
tuk dari emas murni, sebagai penjodohkan pemuda-pemudi /
Cincin bertatahkan intan permata, cemerlang bagaikan kelip-
nya bintang di langit.
Mengenai seni kriya Minahasa dapat diutarakan sebagai
berikut:
a. Manenun: sebelum orang Minahasa mengenal jenis-jenis kain
bahan pakaian maka mereka membuat pakaiannya dari bahan
kulit kayu yang disebut karaimo 'omo '. Kulit kayu yang di-
pilih adalah kulit kayu tayapu. Sekarang ini tidak diketahui
4
lagi tentang bentuk, wama maupun motifnya. 0)
b. Menganyam: untuk keperluan rumah tangga misalnya untuk
pengalas tempat tidur, menjemur padi dan sebagainya di-
anyamlah tikar yang disebut tino 'orong. Bahan bakunya ialah
sejenis rumput berdaun panjang-panjang yang biasanya tum-
buh dekat rawa atau sawah yang disebut na 'ayamen. 41 )
c. Mengukir: umumnya kuburan-kuburan tua orang Minahasa
purba yang disebut waruga ada ukir-ukiran manusia, bina-
tang dan sebagainya dengan berbagai posisi. Selain itu rumah-
rumah adat Minahasa mempunyai tiang jendela/tingkap yang
dikerjakan begitu rupa dengan cara mengukimya. Di Batu
Pinawetengan terdapat lukisan-lukisan piktografis berupa
kepala manusia, badan manusia, gunung, burung, pagar,
lobang-lobang, bulan, pegunungan, segi tiga dan lain-lain,
yang menurut dugaan adalah hasil pekerjaan tangan manu-
40). Drs. Fendy. E.W. Parengkuan, "Mengenal Pertanian Tradisional Orang Minahasa"
da1aJn majalah tak berkala Duta Budaya, Lembaga Penelitian Sastra Fakultas Sas-
tra Universitas Sam Ratulangi, Manado, Juli 1978, Tahun VIII, No.03, hal.50.
41) Ibid, hal. 41
36