Page 5 - Sinar Tani Edisi 4091
P. 5

5
                                                                                          Edisi 18 - 24 Juni 2025  |  No. 4091  Tahun LV

          Perpres Terbit,





          Permentan





          Dikebut








          Pemerintah  memperkuat komitmennya terhadap
          pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan melalui
          berbagai langkah strategis. Salah satunya dengan
          terbitnya Perpres No. 16 Tahun 2025 tentang Sistem
          Sertifikasi Sawit Berkelanjutan. Sebagai tindak lanjutnya,
          Kementerian Pertanian juga telah menyiapkan Peraturan
          Menteri Pertanian (Permentan).


                      engan        terbitnya  kini diperbarui menjadi Perpres No
                      regulasi baru tersebut,   16 Tahun 2025. Dasar hukum lainnya
                      diharapkan   sertifikasi   adalah Permentan No. 38 tahun
                      ISPO      (Indonesian   2020    tentang   Penyelenggaraan
                      Sustainable     Palm    Sertifikasi  Perkebunan  Kelapa  Sawit
       DOil) bisa dipercepat.                 Berkelanjutan Indonesia.
          Perlu  diketahui,  sertifikasi  ISPO   Menurut Ratna, setidaknya ada
          merupakan    rangkaian   kegiatan   tiga tujuan ISPO. Pertama, untuk
          penilaian kesesuaian terhadap usaha   memastikan   dan   meningkatkan
          perkebunan  kelapa  sawit.  Sertifikasi   pengelolaan serta  pengembangan
          sebagai bentuk pemberian jaminan    perkebunan kelapa sawit sesuai
          tertulis bahwa produk dan tata      prinsip dan kriteria ISPO. Kedua,
          kelola perkebunan kelapa sawit telah   meningkatkan keberterimaan dan
          memenuhi prinsip dan kriteria ISPO.  daya saing hasil  perkebunan kelapa   nantinya ditetapkan Presiden sesuai   sanksi.  Diantaranya  berupa  sanksi
            “Jadi sertifikasi ISPO menjadi bukti   sawit Indonesia di pasar  nasional   usulan Ketua Komite ISPO,” tuturnya.  administratif seperti teguran, denda,
          tertulis  bahwa  pengelolaan  kebun   dan internasional. “Terakhir adalah   Pembiayaan Sertifikasi ISPO untuk   hingga pemberhentian sementara
          sawit telah memenuhi prinsip-prinsip   meningkatkan upaya percepatan     pekebun rakyat dapat bersumber       usaha. “Pelaku usaha yang melanggar
          keberlanjutan  tersebut,”  kata  Ketua   penurunan emisi  gas rumah kaca,”   dari BPDP (Badan Pengelola Dana   ketentuan kewajiban Sertifikasi ISPO
          Kelompok Substansi Penerapan dan    ujarnya.                             Perkebunan, dulu BDPKS), APBN,       sebagaimana dimaksud dalam Pasal
          Pengawasan Mutu Hasil Perkebunan,                                        APBD atau sumber biayaan lainnya.    2 dikenai sanksi administratif oleh
          Kementerian    Pertanian,   Ratna      Inilah Bedanya                    Pembiayaan ini untuk satu siklus     menteri yang menyelenggarakan
          Sariati saat diskusi Forum Wartawan    Ratna    mengungkapkan,     ada   Sertifikasi  ISPO  yakni  5  tahun.   urusan  pemerintahan  di bidang
          Pertanian (Forwatan) “Perpres No.   beberapa    perbedaan    mendasar    ”Sebetulnya biaya sertifikasi ISPO tak   perkebunan,” katanya.
          16/2025 ISPO untuk Industri Sawit   dengan      Perpres    sebelumnya.   mahal.  Tapi yang dirasakan mahal itu   Kapan     aturan    baru     ini
          Berkelanjutan di Jakarta, Rabu (4/6).  Misalnya,  ruang  lingkup  sertifikasi   adalah  pemenuhan persyaratannya,   berlaku?  Ratna  menjelaskan,
            Ratna mengatakan, Peraturan       ISPO. Jika sebelumnya pemerintah     seperti adanya biaya kepemilikan     untuk    perusahaan    perkebunan,
          Pelaksanaan     dari    Peraturan   hanya     memberlakukan       ISPO   dan    biaya-biaya  yang  muncul     pemberlakuan  kewajiban  sertifikasi
          Presiden  ini  harus   ditetapkan   hulu   atau   kebun   (Kementerian   lainnya, sehingga seolah-olah ada    ISPO     berlaku   sejak   Perpres
          paling lama 60 hari sejak Perpres   Pertanian), kini ruang juga pada     biaya tambahan yang cukup besar,”    diundangkan.    Sedangkan    untuk
          diundangkan pada 19 Maret 2025.     industri hilir sawit (Kementerian    ungkapnya.                           pekebun berlaku setelah empat
          Permentan ini dibutuhkan sebagai    Perindustrian), dan usaha bioenergi     Perbedaan  lainnya, bagi pelaku   tahun Perpres diundangkan. Perpres
          turunannya.  Sebelumnya     sudah   sawit  (Kementerian ESDM). Diatur 3   usaha   yang    tidak  mematuhi     No. 16 Tahun 2025 diterbitkan pada 19
          ada Permentan No. 38 Tahun 2020     kementerian tersebut.                ketentuan ISPO akan dikenakan        Maret 2025. Yul
          yang menjadi turunan dari Perpres      Perubahan     lainnya    adalah
          No. 44 Tahun 2020 tentang Sistem    adanya    mandatori    ketelusuran
          Sertifikasi  Perkebunan  Kelapa  Sawit   produk sawit. Artinya semua produk   Insentif untuk Pekebun
          Berkelanjutan Indonesia.            sawit  dapat  dipastikan  ketelusuran
            Namun dengan adanya Perpres       keberlanjutannya. Dengan adanya
          terbaru   tersebut,  Kementerian    Perpres terbaru, pemerintah akan               ementerian Pertanian ke depan akan merancang paket atau
          Pertanian  pun    harus   merevisi  membantu sistem informasi untuk                insentif (seperti premi) yang akan dimasukkan dalam revisi
          Permentan. “Saat ini, kami sedang   melakukan  traceability   dari hulu            Permentan No. 38  Tahun 2020. Dalam revisi tersebut akan
          menyusun pembaruan dari Peraturan   hingga hilir.                          Kmelibatkan berbagai pihak, seperti pekebun yang menghasilkan
          Menteri Pertanian No 38 Tahun 2020     Perubahan     penting    lainnya     Tandan Buah Segar (TBS) dan pembeli seperti pengusaha sawit, sehingga
          Tentang Penyelenggaraan Sertifikasi   adalah   adanya    restrukturisasi    ada win win solution.
          Perkebunan   Sawit  Berkelanjutan   Organisasi Komite ISPO yang tidak          Jika tahun sebelumnya, pemerintah hanya memberi insentif berupa
          Indonesia,” kata Ratna.             lagi di bawah Kementerian Pertanian,    audit,  maka  saat  ini  ada  bantuan  pelatihan  ICS,  STDB,  biaya  sertifikasi
            Ratna mengingatkan, ISPO bukan    tapi 2 kementerian lain yang akan       dan sarana produksi perkebunan. Dengan insentif tersebut diharapkan
          sekadar label, melainkan sistem     terlibat  yakni  Kementerian Industri   mampu mendorong pekebun untuk melakukan ISPO yang kini
          menyeluruh    yang    memastikan    dan Kementerian ESDM. Dengan            capaiannya hanya 1 persen. “Dalam upaya percepatan ISPO kami telah
          bahwa usaha kelapa sawit dilakukan   demikian, ISPO tidak hanya menjadi     penyusunan roadmap dan mapping wilayah kerja,” katanya.
          secara layak dari sisi ekonomi, sosial   tanggung  jawab  Kementerian          Hingga Februari 2025, tercatat sebanyak 1.157 pelaku usaha telah
          budaya, serta ramah lingkungan dan   Pertanian, tetapi juga melibatkan      memperoleh  sertifikat  ISPO  dengan  total  lahan  mencapai  6,2  juta  ha.
          sesuai dengan peraturan perundang-  Kementerian Perindustrian untuk         Dari jumlah tersebut, sekitar 84 persen adalah perusahaan swasta, 9
          undangan.                           sektor hilir dan Kementerian ESDM       persen BUMN, dan 7 persen pekebun rakyat.
            Dasar  hukum    ISPO  mengacu     untuk bioenergi.                           “Kalau dicermati lebih jauh pekebun yang sudah melakukan ISPO
          pada Undang-Undang Nomor 39            ”Komite ISPO  nantinya  terdiri      akan memperoleh banyak keuntungan. Dengan sertifikasi ISPO, pekebun
          Tahun 2014 tentang Perkebunan,      dari    menteri   dan    pimpinan       patuh terhadap perundangan, melakukan praktik perkebunan yang
          khususnya Pasal 2, 3, dan 62.       lembaga terkait, asosiasi, pelaku       baik, sehingga produktivitasnya akan meningkat,” kata Ketua Kelompok
          Implementasinya dituangkan dalam    usaha, akademisi dan pemantau           Substansi  Penerapan dan  Pengawasan  Mutu  Hasil Perkebunan,
          Perpres  No.  44  Tahun  2020,  yang   independen.  Anggota     Komite      Kementerian Pertanian, Ratna Sariati. Yul
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10