Page 466 - MODUL BIOMEDIK III
P. 466

Setelah ejakulasi sperma yang sampai di sekitar sel oosit sekunder tidak dapat

                    melakukan  fertilisasi  hingga  sekitar  7  jam  kemudian.  Selama  waktu  ini,  sperma
                    mengalami proses yang disebut kapasitasi. Proses ini melibatkan perubahan yang

                    membuat ekor sperma bergerak lebih kuat dan menyiapkan membran sperma untuk

                    menyatu dengan membran sel oosit sekunder. Hanya sperma yang sudah menjalani
                    kapasitasi yang dapat tertarik dan merespon zat kimia yang dihasilkan oleh sel-sel di

                    sekitar oosit. Proses ini sangat penting agar sperma dapat berinteraksi dengan oosit

                    dan memungkinkan terjadinya fertilisasi.
                        Agar fertilisasi dapat terjadi, sel sperma harus menembus dua lapisan sel oosit

                    sekunder. Lapisan  pertama  adalah  corona  radiata,  yaitu  sel-sel  granulosa  yang

                    mengelilingi oosit sekunder, dan lapisan kedua adalah zona pellucida, yaitu lapisan

                    glikoprotein jernih yang terletak antara corona radiata  dan membran plasma oosit. Di
                    bagian kepala sperma terdapat struktur yang disebut akrosom, yang berfungsi seperti

                    helm dan mengandung berbagai enzim. Enzim-enzim ini, bersama dengan gerakan

                    ekor sperma yang kuat, membantu sperma menembus sel-sel di corona radiata            dan

                    mencapai zona pellucida   . Salah satu glikoprotein dalam zona pellucida   , yang disebut
                    ZP3, berfungsi sebagai reseptor bagi sperma. Ketika ZP3 mengikat protein tertentu

                    di kepala sperma, ia akan memicu reaksi pelepasan isi akrosom. Enzim dari akrosom

                    kemudian membentuk jalur melalui zona pellucida       saat ekor sperma mendorong sel
                    sperma maju.

                        Meskipun  banyak  sperma  yang  mengikat  molekul  ZP3  dan  menjalani  reaksi

                    akrosom,  hanya  satu  sperma  pertama  yang  berhasil  menembus  seluruh  zona
                    pellucida  dan  mencapai  membran  oosit  yang  dapat  bergabung  dengan  oosit

                    tersebut.

                        Ketika sel sperma menyatu dengan oosit, aktivitas memicu serangkaian proses
                    yang mencegah terjadinya polyspermi, yaitu fertilisasi oleh lebih dari satu sel sperma.

                    Dalam  beberapa  detik  setelah  pertemuan  ini,  membran  sel  oosit  menjadi

                    depolarisasi, yang berfungsi sebagai penghalang terhadap polyspermi. Artinya, oosit

                    yang  sudah  depolarisasi  tidak  dapat  bergabung  dengan  sperma  lain.  Proses
                    depolarisasi  juga  memicu  pelepasan  ion  kalsium  di  dalam  sel,  yang  kemudian




                                                                                                        455
   461   462   463   464   465   466   467   468   469   470   471