Page 275 - Gabungan
P. 275
"Setelah tiga buku itu, hampir seperti 'menutup pena'. Seperti
pepatah: 'Belajar baru tahu kekurangan', 'Tidak melalui kesulitan tidak
tahu susahnya'!"
"Wenhao, pemuda berbakat sepertimu jika lebih mendalami
kehidupan, seperti ulat sutra makan lebih banyak daun murbei
sebelum memintal, di usia setengah baya pasti bisa menulis karya
lebih berbobot," kata Su Wenbin.
"Aku juga berpikir begitu." Bai Wenhao mengangguk. "Mengamati
kehidupan sangat penting. Harus pandai menemukan tipikal, seperti
sifat kakak-adikku: Bowen yang pelit, Zhongwu yang cerdik,
Wenxiong yang dermawan - semua cukup khas."
"Tapi jika hanya menulis mereka seperti foto, kurang
terkonsentrasi dan tipikal. Harus mengambil ciri banyak orang sejenis
di masyarakat, menyaring dan memusatkannya pada satu tokoh
tipikal. Seperti kata sastrawan Lu Xun, tokohnya memakai topi dari
Shandong, baju dari Shanxi, kepala dari Hebei, kaki dari Henan."
"Banyak orang tidak paham ciri khas novel dan makna tipikalisasi,
selalu mengira tokoh A menulis dia, tokoh B menulis dirinya. Misalnya
setelah Lu Xun menulis 'Kong Yiji', ada yang mengira dirinya yang
diceritakan hingga gelisah. Setelah 'The True Story of Ah Q', ada yang
mengaku itu dirinya lalu menyerang Lu Xun."
"Contohnya jika kutulis tokoh yang kikir, kalau Bowen bilang itu
275

