Page 279 - Gabungan
P. 279

jam. "Masih ada waktu ke terminal."


                "Kau  gila?  Naik  bus  malam?  Tidak  takut  dirampok?"  Wenxiong


            terkejut.  "Lebih  baik  naik  pesawat  terakhir!  Uang  itu  tidak  bisa


            dihemat."


                "Tidak! Aku sudah naik pesawat, kereta api, bus siang patas, kapal


            penumpang antar pulau, tapi belum pernah naik bus malam jarak jauh.


            Aku ingin merasakan pengalaman naik bus malam..." kata Wenhao.


                "Lagi-lagi untuk menulis novel?" Wenxiong tersenyum. "Jika untuk


            pengalaman hidup, aku tidak akan melarang. Tapi hati-hati di terminal!


            Kau tahu sendiri masalah keamanan di Kota Ikan!"


                Setelah berpisah dengan kakaknya, Wenhao tidak naik taksi, tapi


            memilih naik bus kota ke terminal. Dia berdiri di pinggir jalan, melihat


            bus penuh yang menuju terminal, lalu naik dan berdesakan. Tangan

            kanannya memegang pegangan di atas, tangan kiri di saku celana


            memegang uang. Dia sangat waspada terhadap copet.


                Setelah  beberapa  halte,  dua  pasang  muda-mudi  naik  dan  bus


            semakin  penuh.  Dua  wanita  itu  mengapit  Wenhao  dari  depan  dan


            belakang.  Tangannya  tetap  menutupi  uang  di  saku,  tak  berani


            bergerak. Dia takut disalahpahami dan dipukuli.


                Sesampainya  di  terminal,  Wenhao  menghela  napas  lega.  Uang


            masih ada di sakunya, tapi saat diperiksa, dia kaget - pulpen emas 18


            karat di sakunya hilang. Wenhao kagum dengan keahlian copet itu.

                                                           279
   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284