Page 280 - Gabungan
P. 280

Dia masuk toilet umum dan memindahkan uang kertas besar ke


            dalam kaos kaki, diinjak dengan telapak kaki. Di saku depan hanya


            menyisakan uang kecil untuk tiket bus dan makanan ringan.


                Wenhao menemukan bus ke Kota Naga. Antriannya panjang! Bus


            pertama hampir penuh. Daripada berdesakan, lebih baik cari tempat


            duduk bagus di bus kedua. Begitu pikirnya, dia naik ke bus kedua.


                Baru duduk dan menyalakan rokok, tiga pemuda berpakaian lusuh


            naik dan mengelilinginya. Pemuda di sampingnya kurus dengan mata


            merah seperti kurang tidur. Tiba-tiba bahunya ditepuk. Saat menoleh,


            seorang pemuda di belakangnya tersenyum tipis dan berkata:


                "Tuan,  kasihanilah  dia.  Baru  keluar  dari  penjara,  tidak  ada


            pekerjaan dan makanan."


                Wenhao menyadari mereka adalah preman. "Baru keluar penjara"

            jelas  ancaman  dan  tipuan.  Dia  ingin  turun,  tapi  pahanya  tiba-tiba


            ditekan si mata merah yang berkata dengan suara rendah:


                "Orang kelaparan bisa melakukan apa saja."


                Wenhao tahu ini "ultimatum". Dia melihat sekeliling - terminal ramai


            tapi  polisi  tidak  terlihat.  Di  bus  hanya  ada  mereka  berempat.  Dia


            merogoh saku kiri  - kosong. Lalu saku kanan  - jarinya menyentuh


            kertas tebal seperti uang baru.


                "Aneh, biasanya tidak menyimpan uang di saku kanan," pikirnya.


            Dia mengeluarkan selembar uang 5.000 rupiah agak lusuh. Sebelum

                                                           280
   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284   285