Page 322 - Gabungan
P. 322

tapi  juga  cepat  meleleh."  Wenhao  memandang  kakaknya.  "Seperti


            uangmu—cepat datang, cepat habis."


                Wenxiong  tersenyum  jujur:  "Memang  penulis  itu  pandai  bicara!


            Dua kata 'kepala lilin' ini benar-benar menggambarkanku. Beberapa


            tahun  terakhir  aku  memang  dapat  banyak  uang,  tapi  juga  habis


            banyak.  Mungkin  karena  pekerjaanku  khusus.  Kalau  tidak  bergaul


            dan menjamu orang, mana bisa dapat proyek? Makanya aku setiap


            hari di restoran atau klub malam. Kalau dihitung seperti Kakak, pasti


            aku tidak cukup. Dia tidak tahu waktu 'PT Hotel Jinyang' didirikan,


            modalnya 2,5 miliar rupiah, keluarga Bai pegang 50% saham. Tanah


            Ayah dihargai 1,05 miliar, aku tambah tunai 200 juta. Uang 200 juta


            itu kan hasil dua tahun terakhir? Menurutku, 'membuka sumber' lebih


            penting daripada 'menghemat'. Aku tidak pelit seperti Kakak, habis

            traktir orang di restoran, pulang sakit hati berhari-hari. Seperti tokoh


            Harpagon dalam drama Molière, “The Miser”. Wenhao, kau banyak


            baca, pasti tahu banyak contoh..."


                "Banyak! Misalnya, tuan tanah dalam novel Gogol “Dead Souls”—


            punya tanah luas, kaya raya, tapi setiap hari memungut sampah di


            jalan  seperti  harta  karun.  Atau  pejabat  kaya  dalam  novel  “The


            Scholars” karya Wu Jingzi—sekarat masih tunjuk dua jari, maksudnya


            jangan pakai dua sumbu lampu boros minyak. Baru tenang setelah


            sumbunya dikurangi satu."

                                                           322
   317   318   319   320   321   322   323   324   325   326   327