Page 324 - Gabungan
P. 324
"Masuk akal!" kata Wenhao. "Kepala kertasku ini di mata Kakak
Bowen mungkin tidak dianggap. Pertengahan 1979, saat harga emas
4-5 juta rupiah per kg, aku dengar radio dan baca koran, lihat pasar
finansial dunia kacau. Aku habiskan semua uangku beli emas—cuma
4 kg. Waktu itu aku mau pinjam 20 juta rupiah dari Kakak Bowen,
jaminannya emas itu. Kakak tidak menolak langsung, tapi bilang
spekulasi emas berbahaya—kalau harganya turun gimana? Akhirnya
aku pinjam ke teman, tetap pakai emas jaminan, beli lagi 4 kg. Begitu
seterusnya sampai pinjam 80 juta lebih, beli total 20 kg emas. Untuk
ukuranku, itu spekulasi besar. Enam bulan kemudian, awal 1980,
krisis sandera Iran dan invasi Soviet ke Afghanistan bikin orang panik,
kira Perang Dunia III akan pecah. Harga emas melonjak ke 14,5 juta
per kg. Aku rasa sudah puncaknya, bingung mau jual. Tapi Kakak
Bowen malah beli besar-besaran. Dia berharap harga naik sampai 20
juta per kg. Jadi, 20 kg emasku aku jual ke dia, dapat 290 juta tunai.
Setelah bayar utang dan bunga sekitar 100 juta, sisanya untung
bersih 170 juta. Dalam setengah tahun! Kesempatan seperti itu
mungkin tidak terulang lagi. Ayah waktu itu heran bagaimana aku tiba-
tiba kaya. Begitu kuceritakan, dia lega. Uang itu kubangun klinik
akupunktur tiga lantai dan salon kecantikan. Tapi Kakak Bowen, baru
sehari beli emasku, harganya naik lagi. Kalau langsung dijual, bisa
untung 20 juta. Karena dia serakah, dua hari kemudian harga emas
324

