Page 339 - Gabungan
P. 339

bagai bunga melati putih di pinggir jalan—tanpa riasan tebal pun ia


            sudah memancarkan aura kemudaan.


                Lebih setahun lalu, Bai Wenxiong juga memandangi Nyiati seperti


            ini  sebelum  nafsu  buruknya  muncul.  Nyiati  bagai  rusa  jinak  atau


            burung yang patuh, seolah puas dengan pertemuan singkat mereka


            yang hanya  terjadi beberapa hari sekali. Mungkin  karena  gadis ini


            masih  baru  di  dunia  kerja  dan  kurang  pengalaman;  mungkin  juga


            karena takut pada kekuasaan bosnya; atau mungkin ketampanan dan


            kemurahan hati Bai Wenxiong benar-benar telah menaklukkan hati


            gadis pendiam ini. Hubungan gelap mereka terus berlanjut dengan


            mulus.


                Bai Wenxiong berpikir, apakah hubungannya dengan Nyiati akan


            terus  berjalan  diam-diam  seperti  ini?  Ke  mana  arahnya  nanti?

            Bagaimana akhirnya? Jika suatu hari Nyiati membuka kartu, apa yang


            harus dilakukannya? Apalagi jika Tuan Hasan Widodo turut campur,


            masalahnya akan lebih rumit. Sekalipun Nyiati tidak menuntut status


            atau  syarat  apa  pun,  bagaimana  jika  ia  meminta  anak?  Jika  tidak


            diberi, lalu ia membuat skandal  di luar  dan mencatatkan  namanya


            sebagai  ayah, bagaimana?  Semua ini tidak  akan lama—tiga, lima,


            atau sepuluh tahun lagi—kebenaran yang tak bisa disembunyikan ini


            pasti akan terbongkar! Apakah Bai Wenxiong akan menjadi Hendra


            Tang kedua?

                                                           339
   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343   344