Page 486 - Gabungan
P. 486

pulang, saya tidak pernah memberi kabar. Saya hanya akan menekan


            bel  pintu,  'Ding  dong!'  Pintu  terbuka,  dan  barulah  ia  tahu,  'Wah,


            anakku  pulang!'  Betapa  puitisnya!  Oh,  maaf  Pak  Bai,  saya  tidak


            memberi tahu ibu untuk menjemput Anda di bandara!"


                "Tidak apa-apa! Kamu tahu saya orang yang praktis, tidak suka


            formalitas  berlebihan!  Menurutku,  ibumu  sangat  beruntung  punya


            anak yang berbakti sepertimu!" kata Bai Datou.


                "Semua  orang  tua  di  dunia  ini  sama!  Seperti  dalam  puisi Tang:


            'Benang  di  tangan  ibu  yang  penyayang,  menjadi  baju  anak  yang


            merantau. Dijahit rapat sebelum pergi, khawatir anak lambat pulang',"


            ujar Su Wenbin.


                "Tapi, menurutku, tidak semua anak muda di dunia ini punya rasa


            bakti  sepertimu.  Banyak  orang  baru  menyadari  susahnya  menjadi

            orang  tua  setelah  mereka  sendiri  punya  anak.  Dan  ketika  mereka


            sadar, orang tua mereka sudah tiada, makamnya ditumbuhi rumput,"


            kata Bai Datou dengan haru.


                "Pak Bai, semakin saya merenung, semakin saya merasa: cinta


            orang tua pada anaknya tulus, tanpa pamrih, dan begitu agung! Saya


            sedang mengurus izin tinggal ibu di Nanyang. Jika ia bisa bersama


            saya, kami tidak perlu saling merindukan."


                "Benar!" Bai Datou mengangguk setuju.


                "Pak Bai, setelah beberapa bulan berinteraksi dengan Nona Yenni,

                                                           486
   481   482   483   484   485   486   487   488   489   490   491