Page 489 - Gabungan
P. 489

"Nak, ambilkan handuk basah, aku merasa demam," pinta Lani.


                "Biarkan ibumu istirahat," Bai Datou berbisik pada Su Wenbin.


                Setelah mengompres kening Lani, Bai Datou berkata:


                "Sekarang  hati  kita  sudah  tenang.  Istirahatlah  dulu.  Jangan


            pikirkan  masa  lalu—terlalu  sedih  atau  senang  tidak  baik  untuk


            kesehatan."


                Lani memejamkan mata, air mata mengalir ke pelipis. Pikirannya


            bergejolak, kebahagiaan dan kepahitan hidup bercampur jadi satu.


            Bagaimana  mungkin  ia  tidak  mengingat  masa  lalu?  Jantungnya


            berdebar kencang, kenangan demi kenangan muncul kembali...


                ................


                Fajar.


                Suara ketukan pintu yang keras dan mendesak.

                "Siapa?" Lani terbangun dan duduk terkejut.


                "Lani, buka pintu!" Suara asing terdengar.


                "Kamu siapa?" Lani ragu, mengintip dari celah pintu.


                "Cepat buka! Pak Bai terluka digigit harimau!" Suara itu panik.


                Kabar itu seperti petir di siang bolong. Tanpa pikir panjang, Lani


            membuka pintu. Di luar berdiri pria berusia paruh baya dengan kumis


            tipis. Ia menarik tangan Lani:


                "Ikut aku!"


                Mereka berlari. Lani terjatuh berkali-kali sebelum akhirnya tiba di

                                                           489
   484   485   486   487   488   489   490   491   492   493   494