Page 7 - LAPORAN AKHIR PDP 2019 - DEDI SUPENDRA - FIP - UNP
P. 7
SMA Islam berbasis media digital untuk penguatan pemahaman siswa terhadap literasi
digital (Silvana dan Darmawan, 2018). Komponen literasi digital yang menjadi topik
pembelajaran berkaitan dengan literasi media dan informasi, keterampilan TIK,
keterampilan digital scholarship, keterampilan belajar dengan menggunakan metode
penugasan terbimbing melalui media digital.
Selain di dalam negeri, beberapa penelitian dan projek pengembangan program
telah menyatakan tentang pentingnya peran institusi dan pemerintah untuk
meningkatkan kesadaran, pemahaman dan kemampuan siswa terhadap keamanan online
dan dampak yang ditimbulkannya juga telah dilakukan di luar negeri sejak lama
(Vanderhoven, dkk., 2016). Gagasan ini merupakan hasil dari pertimbangan bahwa
keterlibatan pengguna pada teknologi Internet (media sosial, website, platform tertentu)
dan sarana pendukung digital lainnya, seperti aplikasi, software dengan beragam
fiturnya memberikan dampak yang tidak hanya konstruktif, tetapi juga dekonstruktif.
Meskipun, dalam beberapa situasi, Internet memberikan pengaruh positif dalam
membangun interaksi sosial di dunia digital, tetapi pengaruh negatifnya juga tidak dapat
dihindari (Christofides, 2012). Maka dari itu, peneliti dari berbagai negara mengambil
inisiatif untuk menganalisis permasalahan dan mengembangkan projek-projek dan
kurikulum keamanan digital sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara.
Pada 1999, The European Commission memulai dengan merancang sebuah
projek bernama the Internet Safer Programme (European Comission, 2009). Projek ini
bertujuan untuk mengembangkan kurikulum nasional untuk siswa sekolah dasar dan
sekolah menengah untuk mencegah mereka dari aktivitas illegal dan pesan-pesan
negatif di Internet. Sebagai hasilnya, 30 negara Eropa terlibat di dalam projek tersebut,
dan 24 diantaranya mengimplementasikan program the Online Safety Course dalam
kurikulum pembelajaran mereka.
Sementara itu, Von Solms dan Von Solm (2019) menyatakan bahwa Afrika dan
negara-negara berkembang lainnya belum siap untuk mengintegrasikan keamanan
online ke dalam kurikulum mereka. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
keterbatasan dana dan dukungan dari pemerintah, dan juga kurangnya pemahaman guru
terkait Internet Safety. Von Solms bersaudara kemudian mengembangkan kurikulum
keamanan siber yang fokus untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru
sekolah dasar terkait keamanan online. Kurikulum yang dirancang dengan
8