Page 119 - 37 Masalah Populer
P. 119
Al-Hafizh Abu Nu’aim dalam al-Hulyah, “Abu Bakr bin Malik meriwayatkan kepada
kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal meriwayatkan kepada kami, Bapak saya
meriwayatkan kepada kami, Hasyim bin al-Qasim meriwayatkan kepada kami, al-Asyja’i
meriwayatkan kepada kami, dari Sufyan, ia berkata, ‘Thawus berkata, ‘Sesungguhnya
orang-orang yang sudah mati itu diazab di kubur mereka selama tujuh hari, maka
dianjurkan agar bersedekah makanan untuk mereka pada hari-hari itu”.
Riwayat dengan sanad bersambung dari Imam ‘Ubaid bin ‘Umair: Imam Ibnu Juraij berkata
dalam kitab al-Mushannaf karyanya, “Dari al-Harits bin Abi al-Harits, dari ‘Ubaid bin ‘Umair, ia
berkata, ‘Dua orang diazab; orang beriman dan orang munafiq. Adapun orang yang beriman
diazab selama tujuh hari 176 .
Dari penjelasan Imam as-Suyuthi di atas jelaslah bahwa bersedekah untuk orang mati
selama tujuh hari itu bukan tradisi agama Hindu, tapi tradisi kalangan Tabi’in dan
Salafushshalih. Terlalu cepat menarik kesimpulan dengan teori pengaruh hanya karena ada suatu
indikasi kesamaan adalah tindakan tidak ilmiah.
Bagaimana dengan hadits, “Jika manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya”?
Jawaban Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
ملع وأ ،ةيراج ةقدص نم لاإ :ثلاث نم لاإ هلمع اطقنا ناسنلإا تام اذإ" :ملسو هيلع الله ىلص يبنلا لوق ضراعي لا اذهو
دلولا ءاعد لعج امنإو ،هل هريغ لمع لا هسعن ناسنلإا لمع هب دارملا نلأ ،ملسم هاور ،"هل وعدي حلاص دلو وأ ،هب اعتني
ءاعد فلاخب .هسعن دلاولا نم ءاعد هدلاول هءاعد نأكف ،هداجيإ يف ببسلا وه هنأ ثيح هبسك نم دلولا نلأ ؛هلمع نم حلاصلا
لمع لا هسعن تيملا لمع عاطقنا نم ثيدحلا يف يذلا ءانثتسلااف ،هب اعتني ناك نإو هلمع نم سيل هنإف هيخلأ دلولا ريغ
.ن يب قرف امهنيبو ."هلمع اطقنا" :لاق لب "هل لمعلا اطقنا" :لقي مل اذهلو ،هل هريغ
Ini tidak bertentangan dengan hadits, “Apabila manusia meninggal dunia, maka putuslah
amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang
mendoakannya”. (HR. Muslim). Karena maksudnya adalah, “Amal mayat itu terputus”. Bukan
berarti amal orang lain terputus kepada dirinya. Doa anak yang shaleh dijadikan sebagai amal
orang yang sudah meninggal, karena anak itu bagian dari amalnya ketika ia masih hidup, karena
dia menjadi penyebab keberadaan anak tersebut. Seakan-akan doa anak untuk orang tuanya
seperti doa orang tua itu terhadap dirinya sendiri. Berbeda dengan doa selain anak, misalnya doa
saudara untuk saudaranya, itu bukan amal orang yang sudah wafat, tapi tetap mendatangkan
manfaat baginya. Pengecualian yang terdapat dalam hadits ini, amal si mayat terputus, bukan
amal orang lain terputus untuk mayat. Oleh sebab itu Rasulullah Saw tidak mengatakan, “Amal
Imam as-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawa, juz.III, hal.266.
176
119