Page 141 - JALUR REMPAH
P. 141
Produksi Rempah, Pelabuhan dan Jaringan Perniagaan di Nusantara | 127
Pedagang-pedagang Tuban pada abad ke-13-15 membatasi pelayaran
mereka. Mereka hanya berlayar di wilayah kepulauan Nusantara dan sekitarnya.
Melimpahnya produksi beras yang produksinya jauh melebihi konsumsi
domestik memungkinkan Jawa untuk mengirimkan surplus produksi
pertanian ke negeri-negeri lain. Karena sebaliknya, kepulauan rempah
131
sangat sedikit memiliki bahan makanan. Penduduk dari kepulauan penghasil
rempah sejak lama menukar rempah mereka yang berharga dengan beras Jawa.
Melalui perniagaan seperti ini, sebuah perdagangan perantara yang ramai telah
muncul di pelabuhan Jawa. Hal ini ditunjukan oleh penguasa Majapahit dalam
memperkuat kekuasaan hingga Maluku. Kuatnya kekuasaan Majapahit atas
pulau penghasil rempah bertujuan untuk memastikan pasokan rempah dari
Banda dan Maluku. Usaha Majapahit juga diikuti dengan pertukaran bahan
makanan, terutama beras Jawa. Sementara itu, wilayah produsen rempah-
rempah kekurangan produksi makanan. Pada waktu itu, pelabuhan Tuban
mungkin bertindak sebagai pusat pengumpul rempah yang didatangkan
dari wilayah timur. Situasi ini yang menyebabkan Pelabuhan Tuban menjadi
makmur. 132
Menurut, Lapian pelabuhan ini merupakan tempat berlabuhnya ekspedisi
armada Cina di abad ke-13. Kota pelabuhan ini mendapatkan kemakmuran
dari abad ke-12 hingga ke-14 dari perniagaan. Pada masa Majapahit, bandar
Tuban sebagai pelabuhan keberangkatan armada Majapahit untuk perjalanan
laut ke kepulauan Maluku. Pires yang pernah mengujungi pelabuhan Tuban
dan kagum dengan kekayaan yang dipamerkan penguasa pelabuhan Tuban.
Di sana ada pawai gajah, kuda dan anjing. Kaum bangsawannya juga banyak
mempunyai budak.
133
Penduduk Tuban pada abad ke-14 telah sibuk melakukan perniagaan
dengan pelabuhan Hitu. Banyak penduduk Tuban sendiri kemudian juga
131 Tuban menjadi kantor dagang kerajaan Majapahit yang mengurus jaringan perdagangan.
Dalam Negarakertagama dinyatakan bahwa daerah itu mengirim seluruh hasil tanam pada setiap musim
panen. Kepada mereka diutus “pembesar-pembesar dan pejabat-pejabat tinggi untuk memungut upeti
secara tetap. Pigeaud. Op.cit. Java in The Fourteenth Century…., hlm. 12.
132 Pada abad ke-15, kota pelabuhan Tuban pernah sebagai sarang pebajak laut. Di sini
berkumpul bajak laut dari Cina dan Jawa yang menggunakan kapal-kapal jung besar.
133 Pada waktu itu, budak memang merupakan simbol status penting, yang menandakan para
bangsawan seringkali berperang untuk mendapatkan prajurit yang dikalahkan sebagai budak. Untuk hal
ini lihat. Lapian. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara…., hlm. 51.