Page 154 - JALUR REMPAH
P. 154

140 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI


                   Berdasarkan catatan Tom´e Pires penduduk Banda pada abad ke-16 antara
               2500 hingga 3000 jiwa. Penduduk Banda memiliki kulit yang cerah dan rambut
               hitam yang lurus, berkebalikan dengan orang  Maluku yang mempunyai
               kulit  hitam  dan  rambut  ikal  keriting.  Andreas  Der  Urdaneta,  orang  yang
               mengunjungi kepulauan Banda pada 1535, mempunyai kesan telah tampak
               tanda kemakmuran, usaha-usaha perniagaan dan kemajuan peradaban di
               sana.
                    2
                   Tidak dapat disangkal pedagang datang ke kepulauan Maluku dan Banda
               untuk mendapatkan rempah-rempah. Padahal cengkeh dan pala hanya sebagian
               kecil dalam barang dagangan. Justru bahan makanan seperti  beras,  garam,
               ikan  kering,  tekstil dan  barang  logam yang  memenuhi muatan  kapal  yang
               melintasi perairan jalur rempah. Harga pala yang bernilai tinggi dan terutama
               bunga pala (fuli) penutup luar biji buah pala mempunyai harga tinggi. Jika
               diperbandingkan di pasar rempah-rempah 10 bahar pala sama dengan 7 bahar
               fuli. Pada 1532 satu perangkat gong Jawa bernilai 20 bahar fuli. Sementara itu,
               orang kaya Banda menyetujui satu bahar fuli senilai dengan 28 pakaian katun
               dari Gujarat, sedangkan satu bahar pala senilai 4 helai pakaian katun Gujarat.
                                                                                         3
                   Dari deskripsi pertukaran di atas,  pala dan  fuli menjadi daya tarik
               kedatangan  pedagang  Jawa,  Melayu dan  Cina di abad ke-15 dan ke-16 ke
               kepulauan Banda. Akhirnya mereka tinggal di sana dan menikahi perempuan
               lokal. Pedagang dari  pelabuhan  pesisir utara  Jawa seperti  Tuban,  Jaratan,
               Gresik, Sedayu dan  Surabaya biasanya mereka beberapa bulan tinggal di
               kepulauan Banda menunggu musim angin yang baik untuk membawa mereka
               kembali. Dalam situasi seperti ini mereka seringkali mengambil istri sesaat di
               kalangan perempuan lokal. Pada 1609, saudagar Jawa menetap di kepulauan
               Banda sekitar 1500 orang.
                                        4
                   Dengan keuntungan besar dalam berdagang  pala dan  fuli, penduduk
               Banda memperluas area penanaman pohon pala di beberapa pulau. Pada abad
               ke-16 secara alamiah menciptakan Banda sebagai satu-satunya produksi pala
               di dunia, tetapi sekaligus sebagai pengimpor beragam bahan makanan yang



                   2  Untuk hal ini lihat. Villers. Op.cit. “Trade and Society in The Bandan Islands…”, hlm. 723-750.
                   3  Pada 1547 saudagar Spanyol yang bersaing dengan Portugis dapat memperoleh 800 kuintal fuli
               dan 6000 kuintal pala. Villiers. Op.cit.. “Trade and Society….,” hlm. 723-750.
                   4  Untuk hal ini lihat Villiers. Ibid., hlm. 723-750
   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159