Page 164 - JALUR REMPAH
P. 164
150 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
mangkok buatan Cina. Barang-barang ini merupakan pelayaran jarak jauh dan
menggunakan jalur yang berbahaya. Juga, barang-barang ini menggunakan
ruang-ruang yang terbatas di dalam kapal. Menurut Meilink-Roeloefsz barang-
barang tersebut merupakan kelompok komoditi mewah. Kelompok barang-
barang ini dikenakan tarif 1/11 bagian dari jumlah modal.
26
Kemudian, kapal atau perahu layar pedagang Cina adalah kapal jung,
biasanya mereka dengan membawa awak kapal sekitar 100 orang dengan
berat volume kapal 400 ton. Kapal layar pedagang Cina ini mempunyai layar
sebanyak tiga buah. Satu layar di depan dan dua layar lainnya di bagian tengah
perahu. Kapal jung pedagang Cina mempunyai dua cadik, bagian depan dan
bagian belakang. Kedua cadik itu mempunyai hiasan ular naga yang sedang
menyeringai seperti kijang.
Mereka berdagang di sebuah tempat pasar yang telah disediakan oleh
syahbandar. Pasar tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi pedagang Cina, akan
tetapi juga pedagang asing lainnya seperti Arab dan Melayu. Juga bergabung di
pasar tersebut pedagang lokal seperti orang-orang Kei yang menawarkan sagu,
perahu dan kayu, terdapat pula pedagang Tidore dan Ternate yang menggelar
barang dagangan seperti cengkeh dan bulu burung cendrawasih.
Pedagang Cina dikenal dalam melakukan pelayaran jarak jauh, mereka
mempunyai dua jalur pelayaran dalam menuju kepulauan rempah-rempah.
Pertama, berangkat dari kota pelabuhan Guangzhou melewati semenanjung
Formosa, kemudian masuk ke Laut Cina Selatan, dan melalui Luzon, Mindano,
masuk ke Laut Sulu. Kemudian, melalui Basilan, dan memasuki Ternate, Tidore,
Maluku, Ambon dan tiba di kepulauan Banda.
Jalur perniagaan ini berbahaya, karena di Laut Sulu terdapat perompak
yang ganas. Namun, rute ini bisa dikatakan lebih sederhana untuk mencapai
sasaran kepulauan Banda. Maka tidak mengherankan apabila melalui jalur ini
pedagang Cina melakukan pelayaran konvoi. Jalur ini seringkali dipergunakan
oleh pelaut Cina di “zaman perdagangan “ pada abad ke-15 dan ke-16.
Jalur kedua, berangkat dari kota pesisir Guangzhou melewati pesisir barat
Vietnam, pelabuhan Hannam, kemudian melalui Champa (Kambodia), Pulau
26 Barang-barang yang diangkut dengan jarak jauh biasanya sudah diasumsikan sebagai barang
mewah. Untuk hal ini lihat. Meilink-Roelofsz. Op.cit. Asian Trade and European Influence, hlm. 56.