Page 171 - JALUR REMPAH
P. 171
Terbentuknya Komunitas Pesisir dalam Perniagaan Rempah | 157
mempunyai klenteng untuk memantapkan keyakinan mereka terhadap
kepercayaannya, tidak pernah terjadi perselisihan bahkan konflik dengan
masyarakat lokal, karena kebudayaan yang berbeda. Bahkan perahu kora-kora
dan Belang yang dipergunakan oleh penduduk Banda untuk ritual tahunan
mencuci parigi bagian cadiknya bermotif ular naga. Penggunaan ukiran naga
menjelaskan pengaruh kebudayaan Cina di jalur maritim kepulauan Banda.
Pengaruh kebudayaan Cina terhadap penduduk kepulauan Banda cukup
meluas. Di masa proses Islamisasi di Banda Neira ada podium untuk khotbah di
bagian tengahnya beraksara Cina. Podium untuk khotbah dan ceramah agama
itu sudah berkali-kali diperbaiki karena dimakan usia, akan tetapi aksara Cina
itu senantiasa tetap berada di sana. 31
Persahabatan antara komunitas pedagang Cina dengan penduduk Banda
digambarkan pula dalam Hikayat Lonthor. Dalam Hikayat itu dikisahkan
bendera kampung adat Namasawar adalah naga Cina. Bendera itu diserahkan
oleh pedagang Cina kepada penduduk Banda. Demikian pula, dengan perahu
kora-kora desa adat Ratu dan Namasawar memakai ukiran-ukiran naga
Komunitas Arab Di Kepulauan Banda
Proses terbentuknya komunitas dan pengaruh kebudayaan Arab di
kepulauan Banda berlangsung secara bertahap. Tahap pertama, kedatangan
orang-orang Arab itu ke Banda secara spontan pada abad ke-7 untuk
mendapatkan rempah-rempah, terutama, fuli, biji pala dan cengkeh. Rempah-
rempah itu, mereka jual di Eropa dan Laut Tengah. Pedagang-pedagang Arab
itu meliputi wilayah Teluk Persia, pesisir Arabia, dan Yaman. Mereka berangkat
menuju kepulauan Indonesia Timur dari kota pelabuhan Aden melalui rute
pesisir barat Samudra Hindia masuk ke Sumatera yang masih dikuasai oleh
Dinasti Sriwijaya. Kemudian, menyusuri Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
32
Timur, Maluku Tenggara dan tiba di kepulauan Banda.
Tahap kedua, kedatangan pedagang Arab di kepulauan Banda, ketika
31 Informasi pengaruh kebudayaan Cina dalam Islamisasi di Banda itu diperoleh dari wawancara
dengan Usman Thalib, Ambon, 11 Mei 2017.
32 Thalib. Op.cit. Islam di Banda Neira…., hlm. 109.