Page 37 - JALUR REMPAH
P. 37
Latar Belakang Historis Tiga Wilayah | 23
Raja Sahulau (Tidore) sebagai kakak menerima 9 bagian dari daerah yang
direbut sebagai daerah kekuasaannya, sedangkan adiknya Sultan Ternate
memperoleh lima bagian. Di zaman kuno, sebelum kedatangan orang-
orang asing kawasan Maluku Tengah sudah terbagi atas kelompok Siwa dan
kelompok Lima. Patalima hampir semua beragama Islam yang berkuasa atau
yang berpengaruh, sedangkan pada Patasiwa orang bukan Islam yang berkuasa.
Pengaruh pelayaran dan perniagaan orang Cina mulai abad ke-10 di
perairan Kepulauan Maluku dan Banda, ditandai adanya penemuan keramik
orang-orang Cina seiring dengan kehadirannya di Kepulauan Maluku pada
masa Dinasti Ming. Selain itu, situasi ini memperlihatkan intensitas aktifitas
19
orang-orang Cina di kepulauan Maluku.
Orang-orang cina rupa-rupanya telah hadir di Kepulauan rempah-rempah
seperti Ternate, Tidore, Makian dan Banda sebelum kehadiran bangsa-bangsa
Barat dan bangsa cina. Sekitar abad ke-15 Maluku sudah dicantumkan di
berita pelayaran orang Cina menyebutnya, “Shun Feng Shiang Suug” yang
merupakan pedoman pelayaran melalui jalur perniagaan bagian timur. Rute
itu adalah Chuan Chuo menuju Pulau Pascadores, kemudian melalui Pulau
Formosa (Taiwan), menyusuri Luzon dan Lubang ke Mindoro. Sebelah selatan
dari Mindoro terdapat jalan lintas menuju Mindanou dan Maluku, dari jalur
pelayaran timur dilanjutkan ke Busuanga dan dari titik ini terdapat jalan pintas
ke Sutu dan Donggala. Pedagang Cina membeli rempah-rempah, cengkeh dan
pala dalam jumlah banyak. Menurut Galvao orang-orang Cina merupakan
orang pertama yang melakukan pelayaran perdagangan ke Maluku.
20
19 Dinasti Ming didirikan pada 1368, menggantikan Dinasti Yuan, yang mewakili periode
dominasi asing (Mongol). Penguasa Ming pertama, emperor Hongwu, berupaya untuk mengembalikan
nilai-nilai kepercayaan Cina, menegakkan kembali peraturan hubungan Cina dengan luar negeri yang
terus tumbuh leluasa sejak Dinasti Song (berdiri 960). Kebijakan ini mempunyai dampak besar antara
perdagangan Cina dengan Asia Tenggara. Selama kekuasaan Ming Ketiga, emperor Yongle, sejumlah misi
kerajaan telah dikirim keseberang lautan. Rekaman misi perdagangan ini sebagian besar dihancurkan
pada paruh pertama abad ke-15, ketika Cina memasuki periode Isolasionisme, hanya beberapa yang
dapat diselamatkan. Untuk hal ini lihat. John Miksic. An Historical Dictionary of Ancient Southeast Asia.
Lanham, Maryland: The Sacrecrow Press. Inc, 2007, hlm. 253
20 Bandar-bandar niaga di Maluku merupakan jaringan perdagangan interregional yang
menghubungkan dengan wilayah pelabuhan lainnya dengan pesisir utara dan tengah Jawa, Sulawesi,
Sumatera, Kalimantan, Papua bahkan daerah Kepulauan Asia Tenggara. Untuk hal ini lihat. Wuri
Handoko. “Aktifitas Perdagangan Lokal Di Kepulauan Maluku Abad ke 15-19. Tinjauan Awal Berdasarkan
Data Keramik Asing dan Komoditas Lokal,” Kapata Arkeologi Vol. 3, No. 4, Juli 2007, hlm. 100-118.