Page 32 - JALUR REMPAH
P. 32
18 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
Ming.
12
Juga, manik-manik ditemukan pula di Bahuwa dan Waraka. Manik-manik
ini umumnya berbentuk bulat dengan diameter rata-rata antara 3 sampai 5
mm. Selain itu ada manik-manik yang berukuran agak besar dengan hiasan
titik-titik putih dan merah. Di samping itu, adapula manik-manik yang
memiliki bentuk persegi panjang, heksagonal dan prisma dengan kombinasi
warna merah, hitam, biru, kuning, putih dan sebagainya.
13
Ekskavasi arkeologi pada ukuran waktu 1996 hingga 1998 yang dilakukan
oleh Universitas Brown, Amerika Serikat bekerjasama dengan Yayasan Warisan
Kebudayaan dan Sejarah Banda Neira serta Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura ditemukan adanya benda-benda perdagangan asing, termasuk
keramik Eropa, dan Asia bercampur dengan produksi keramik lokal. Di
penggalian lapisan tengah ditemukan kandungan gerabah antara lain sebuah
“beaver”, gerabah dengan pola hiasan, termasuk sisa letusan gunung berapi. Di
lapisan galian terbawah juga diperoleh tulang dan gigi babi.
Di situs kota Naira galian mengandung keramik bergelasir, sebagian besar
berasal dari Dinasti Ming dengan keramik berwarna biru dan putih. Terdapat
pula beberapa jenis keramik asal Thailand dan Vietnam serta Eropa. Juga,
yang menarik adalah letak situs tersebut dahulu berada di bawah permukaan
air laut, atau berada di garis pesisir, padahal garis pantai dewasa ini sekitar
100 meter jauhnya. situs-situs galian di Pulau Ay di dekat tembok benteng
Inggeris/Belanda yang masih ada di sana. Kedua situs itu diperoleh keramik
bergelasir di semua lapisan, kecuali di lapisan yang paling bawah tulang-tulang
babi juga ditemukan di situs galian.
14
12 Op.Cit., Survey Kepurbakalaan…hlm. 21
13 Op.Cit. Survey Kepurbakalaan….hlm. 23
14 Adanya tulang babi di kedua situs galian adalah sangat menarik mengingat Islam melarang
umatnya untuk memakan babi. Ada kemungkinan pemukiman non-Islam ditaklukkan atau ditinggalkan.
Kemungkinan lain, pemukiman-pemukiman itu kurang melaksanakan aturan ibadah Islam mereka,
khususnya dalam hal makan babi. Untuk hal ini lihat. Des Alwi. Sejarah Maluku, Banda Neira, Ternate,
Tidore, dan Ambon. Jakarta: Dian Rakyat, 2005, hlm. 22-23.