Page 44 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam, dan Tuhan
P. 44
Saraf Vagus (saraf ke-10), saraf terpanjang atau ‘saraf pengembara’, ada-
lah salah satu elemen yang memainkan peranan dalam hubungan otak
pertama dan otak kedua. Ajaib, karena serabut ke otak (aferen) saraf
ini jumlahnya jauh lebih banyak daripada serabut dari otak. Ini dapat
ditafsirkan bahwa melalui saraf vagus ini pengaruh usus ke otak lebih
besar dari pengaruh otak ke usus.
Melalui saraf vagus ini juga kegiatan-kegiatan kontemplatif me-
mengaruhi otak. Jumlah neuron pun sangat luar biasa. Ada triliunan di
dalam saluran pencernaan, yang lebih banyak dari neuron saraf tulang
belakang dan saraf perifer. Sebanyak 95% dari semua prekursor sero-
tonin, dopamin, atau noradrenalin yang bersirkulasi diproduksi oleh
mikrobiota usus. Zat-zat kimia yang diproduksi juga sama, misalnya
serotonin usus. Bahkan, produksi serotonin usus jauh lebih banyak
daripada serotonin yang diproduksi oleh nukleus Raphe di otak perta-
ma. Bersama zat-zat lainnya, serotonin terlibat dalam pencapaian ke-
bahagiaan. Dengan ini, pernyataan bahwa sumber kebahagiaan bukan
hanya ada di otak pertama dalam kepala, tetapi juga di otak kedua da-
lam usus, adalah pernyataan yang secara ilmiah dapat diterima. “Good
food is the foundation of genuine happiness.” Filsuf Auguste Escoffier
mengatakan bahwa nutrisi tentu berkaitan dengan saluran pencernaan.
Riset modern juga menemukan pengaruh makanan terhadap
mentalitas manusia. Sindrom autis, sebagai contoh, memiliki penye-
bab yang bersumber dari usus. Demikian juga gangguan mental de-
presi. Ada riset yang membuktikan bahwa gangguan jiwa depresi lebih
efektif diobati melalui pengubahan pola makan (untuk ‘otak kedua’)
dibandingkan pemberiaan obat-obat antidepresan (untuk otak perta-
ma). “Otak sehat bermula dari perut” bukanlah pernyataan tanpa arti.
Selain makanan, memasak dan ritual makan bersama juga men-
jadi kegiatan yang memiliki efek positif bagi otak. Frekuensi makan Buku ini tidak diperjualbelikan.
bersama keluarga (family meal frequency) memiliki efek psikososial
yang besar. Pada anak remaja, makin sering makan bersama (keluarga),
makin kecil peluang penyalahgunaan alkohol dan narkoba, perilaku
kekerasan, dan perasaan depresi atau pikiran untuk bunuh diri.
Pendahuluan 25