Page 20 - Jabar_Si Buncir_Asep Rahmat Hidayat.pdf
P. 20

yang tak dikenalnya. Ia hanya mengenal ibunya


                    dari cerita bapaknya. Di saat seperti itu, ia

                    memilih untuk mengakrabi kesepian, kesedihan,


                    dan kerinduannya, serta mengubahnya menjadi


                    keteguhan untuk menerima takdir.

                           ´&LU   %XQFLLLU   0DLQ   \XN"µ  WHULDN  EHEHUDSD


                    anak saat melihat si Buncir sedang duduk di depan

                    rumah.


                           “Kalian bermainlah, aku akan pergi ke sungai,”

                    tolak si Buncir dengan halus.


                           Si Buncir memang senang menyendiri. Ia tahu

                    tak seorang anak pun yang tidak mau bermain


                    dengannya. Namun, ia memang senang bermain

                    VHQGLUL  0XQJNLQ LD WHUELDVD PHQJKDELVNDQ ZDNWX


                    VHQGLUL   0XQJNLQ  MXJD  LD  WLGDN  Q\DPDQ  EHUPDLQ

                    dengan teman-temannya yang memiliki berbagai


                    mainan.


                           Ia adalah seorang anak yang lugu. Pikirannya

                    sederhana saja. Ia pun tak pernah meminta hal-

                    hal yang menyusahkan bapaknya.










                                                          10
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25