Page 25 - Jabar_Si Buncir_Asep Rahmat Hidayat.pdf
P. 25
“Oh, kalau begitu, ikat saja ayammu dekat
lesung.”
Si Buncir merasa tenang. Ia segera mengikat
ayamnya dekat lesung perempuan penumbuk padi.
Setelah itu, ia segera berlari menyusul bapaknya.
Sore hari sepulangnya menyabit rumput, ia
segera menemui perempuan penumbuk padi untuk
mengambil ayam yang dititipkannya. Ternyata,
ayamnya mati tertimpa alu.
“Bibi, aku mau mengambil ayam yang
kutitipkan,” kata si Buncir.
´0DDINDQ ELEL 8MDQJ %LEL WLGDN VHQJDMD
menjatuhkan alu itu.”
Si Buncir menangis sejadi-jadinya. Ia meminta
alu itu sebagai ganti ayamnya yang mati.
´%LEL LQL EDJDLPDQD" $NX PHQLWLSNDQ D\DP
itu supaya aman dalam penjagaan Bibi,” ujarnya
sambil terisak-isak.
“Ehm, Ujang, apa gunanya sebatang alu
EXDWPX"µ WDQ\D SHUHPSXDQ SHQXPEXN SDGL LWX
15

