Page 29 - MAJALAH DIGITAL LENTERA ILMU
P. 29

“Syukurlah....    Saya      kira              “Kenapa  kau,  Sum?”perhatian  benar  Gusar
           Mohamad Covid, anak Pak RT?”                 pada Sumirah siang itu.
                 “Kalau  iya,  Kang  Gusar  mau               Sumirah tersipu.

           apa?”                                              “Tak apa-apa, Kang,”jawabnya malu.
                 “Akan kuusir dia dari hatimu.”                “Kok ber-aaaah panjang?”
                 Sumirah cemberut.                            “Ndak  apa-apa.  Cuma  mengatur  napas  saja,
                 “Maaf,  Sum!  Saya  benar-benar        kok.”
           tak  ingat  pada  covid  corona  itu,              “Memangnya napasmu sesak?”
           Sum,”ujar  pemuda  itu  merasa  penuh              Sumirah mengiyakan.
           bersalah.
                 “Makanya,  lihat  situasi,  Kang!            “Kenapa?”

           Sering  baca  medsos  atau  dengarkan
           berita di TV.”                                     “Sesak    oleh   pernyataan    Kang    Gusar.
                 “Baik.   Terima     kasih,    Bu       Pernyataan yang bagi Sum seperti jauh panggang dari
           Guru!”canda Gusar memancing simpati          api.”
           Sumirah.                                           “Apa maksudmu, Sum?”kening Gusar berkerut
                 “Ah!    Bu    Guru    apaan,    Kang?    dalam.
           Memangnya    Sum    guru?”tak    sadar
           jemari kanan Sum mencubit lengan kiri              “Apa yang tadi Kang Gusar katakan Sum sebagai
           Gusar  kuat-kuat,  hingga  pemuda  itu       Bidadari hati Kakang, tak
           berteriak keras-keras.
                 “Aduuhh,  Sum!”tubuh  Gusar            mungkin  akan  dikatakan  pula  oleh  kedua  orang tua

           menggeliat, kesakitan.                       Kang Gusar.”
                 “Ha...?”Sum    tersadar    kalau
           dirinya telah mencubit lengan pemuda               “Maksudmu?”
           yang duduk satu meter di sampingnya,
           “maafkan Sum ya, Kang!”                            “Sah-sah  saja  Kang  Gusar  menyebut  Sum
                 “Tak apa-apa. Malah saya senang        semacam itu. Tapi Sum yakin kedua orang tua Kang
           kok mendapat cubitan dari....”               Gusar akan menyebut Sum lain."
                 “Dari  siapa,  ayo?”sahut  Sumirah           “Kenapa memangnya?”

           dengan getar jantung dag, dig, dug.
                 “Dari       Sum,        bidadari             “Belum tentu kedua orang tua Kang Gusar mau
           hatiku!”jawab  Gusar  melemparkan            menerima Sum sebagai Bidadari hati Kakang. Karena
           panah asmaranya.                             latar  belakang  hidup  kita  sangat  berlainan.  Seperti
                 Deg!    Hati    Sumirah    merasa      langit dan bumi, Kang.”
           terpanah.      Jantungnya       makin              “Aku tak mengerti jalan pikiranmu, Sum.”
           berdegup    tak  karuan.  Wajahnya
           tersipu. Mulutnya bagai terkatup rapat.            “Orang  tuamu  kaya  raya  di  desa  ini,  Kang.
                 Benarkah  apa  yang  dikatakan         Sedangkan  orang  tuaku,  seorang  janda.  Sangat
           pemuda     ganteng    yang    ada   di       miskin,  lagi.  Mana  mungkin  mereka  merestuimu
           sebelahku ini?, hati                         menjalin hubungan denganku, Kang?”

           kecil Sumirah mulai resah. “Ah...!”gadis           “Aku takkan pedulikan mereka, Sum. Pilihanku
           desa itu melepas napas kuat-kuat.            cuma kamu.”


                                                                             Majalah Digital - Lentera Ilmu    28
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34