Page 41 - MAJALAH DIGITAL LENTERA ILMU
P. 41
“Aku sedang bermain dan
mencari teman di sini wahai Elang”
jawab Pipit lirih.
“Kenapa kamu tidak bersama
ibu atau saudaramu?” tanya Elang
lagi. Pipit tak menjawab, ia hanya
menerawang jauh kemudian air
matanya mengalir. Ia teringat akan
ibunya, ia sedih hidup sendiri dan sepi.
Melihat Pipit menangis, Elang
memeluk Pipit. Dalam pelukan Elang,
Pipit bercerita kalau ia hanya hidup
sebatang kara karena ibunya telah
tiada. Elang kemudian berpikir untuk
mengajak Pipit tinggal bersama karena
selama ini ia pun tinggal sendirian.
Mendengar hal itu, Pipit sangat girang.
Ia sangat bersyukur bertemu dengan
karena masih ada teman-teman yang peduli Elang yang baik hati. Ia mengikuti Elang
dengannya. untuk kembali ke rumah Elang. Kini, mereka
Pada suatu siang, Pipit pergi ke tengah berdua tinggal bersama sebagai ibu dan anak.
hutan untuk bermain dan mencari makan. Di Meskipun mereka berbeda namun mereka
tengah hutan ia bertemu dengan Elang sang saling menyayangi satu sama lain.
pemangsa. Elang dengan gagahnya menatap
tajam ke arah Pipit. Pipit ketakutan dan
khawatir akan dimangsa Elang.
“Ampun, jangan makan aku!” pinta
Pipit ketakutan.
Sang Elang terbang mendekat ke arah
Pipit. Di luar dugaan, Elang membelai lembut
kepala Pipit. “Kamu sedang apa sendirian di
tengah hutan ini wahai anak kecil?” tanya Elang
lembut.
Majalah Digital - Lentera Ilmu 40