Page 55 - Modul1Siswa
P. 55
dilepaskan dari jaringan yang rusak atau meradang. Ketika terdapat rasa sakit, nosiseptor hanya
memberi sinyal pada saat tubuh telah mencapai titik kerusakan jaringan. Penanda inflamasi
meningkat selama kerusakan jaringan, mengikat reseptor, dan memulai sinyal nyeri baik secara
eksternal maupun di dalam visera. Salah satu saluran ion yang ada pada nosiseptor disebut
saluran ion TRP (trancient receptor potential) (Reece, dkk., 2011; Marzvanyan&Alhawaj, 2020).
d. Proses Rasa Nyeri
Nosiseptor dapat mengaktifkan dua jalur: (1) refleksi respon protektif yang terintegrasi pada
tingkat sumsum tulang belakang dan (2) jalur naik ke korteks serebral yang menjadi sensasi
sadar (nyeri atau gatal). Neuron sensorik primer dari nosiseptor berakhir di kornus dorsalis
medula spinalis, kemudian bersinaps ke neuron sensorik sekunder yang memproyeksikan ke
otak atau ke interneuron untuk sirkuit lokal (Reece, dkk., 2011).
2. Kelainan Pada Indra Peraba
a. Gangguan taktil primer, yaitu ketidakmampuan untuk mendeteksi aspek somatosensory
dasar, termasuk gangguan sensitivitas terhadap tekanan yang diterapkan pada kulit,
kehilangan indera getaran atau defisit proprioseptif. Gangguan taktil primer ini biasanya
telah mengalami kerusakan pada thalamus, atau jalur subkortikal ascending somatosensory.
Beberapa orang yang mengalami gangguan ini dapat merasakan panas dan dingin, tetapi
tidak dapat merasakan dimana anggota tubuh ketika mata tertutup.
b. Taktil Apraksia, yaitu jenis gerakan tangan tergantung pada objek yang dipegang. Kelainan
ini kesulitan dalam menyelaraskan gerakan tangan dengan karakteristik suatu objek dengan
adanya kemampuan motorik atau sensorik dasar yang dipertahankan. Taktil apraksia
dikaitkan dengan kerusakan pada daerah parietal posterior superior.
c. Taktil Afasia, merupakan gangguan penamaan khusus, dimana objek tidak dapat diberi
nama dengan benar hanya berdasarkan pada sentuhan saja. Pasien dapat merasakan
perbedaan suatu benda, tetapi tidak dapat menyebutkan namanya, seperti mampu
membedakan kunci dengan koin yang ada di dalam sakunya, namun tidak mampu
memberikan nama ‘kunci’. Bentuk afasia ini biasanya terjadi akibat kerusakan saraf yang
mengakibatkan terputusnya hubungan antara pusat taktil dan Bahasa di otak (Stralen, H.V,
& Dijkerman, C., 2011).
Mari simak cuplikan video berikut untuk memperdalam pemahaman materi!
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=OxPlCkTKhzY
49