Page 11 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 11
Waktu berlalu begitu cepat, ketika kami bertiga masih
kanak‐kanak mungkin bapak tidak terlalu terasa begitu berat
membiayai kami bertiga. Namun ketika kakak sudah mulai
memasuki bangku kuliah, semua berubah. Beban bapak
untuk memenuhi kebutuhan keluarga semakin berat. Kakak
tidak bisa masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) sehingga
dia harus meneruskan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi
swasta di dekat rumah. Biaya kuliah yang pada saat itu tidak
sedikit, membuat bapak bekerja semakin keras.
Setelah pulang dari mengajar, beliau menggarap sawah.
Pada saat menunggu panen, bapak memanfaatkan waktunya
untuk mengumpulkan batu padas untuk dijual kepada
pengepul. Walaupun bapak sudah bekerja sedemikian keras,
penghasilan beliau belum bisa mengimbangi besarnya biaya
kuliah kakakku. Sementara itu aku juga harus rajin belajar,
dengan harapan besok bisa masuk di PTN yang konon biaya
kuliahnya lebih murah.
Sebelum kakak bisa menyelesaikan kuliahnya, muncul
persoalan baru. Kakak berkeinginan untuk menikah, karena
dia sudah mendapatkan jodohnya. Bapak tidak bisa menolak
permintaan kakak. Prinsip bapak, kalau seorang anak gadis
sudah ada yang menanyakan untuk menjadi istrinya,
sedangkan semua persyaratan secara agama sudah
terpenuhi dan kakak juga sudah setuju, maka pernikahan
harus segera dilangsungkan.
Bapak tidak suka kalau anaknya pacaran. Bapak
berkeyakinan bahwa rejeki itu sudah diatur oleh Yang
Mahakuasa, walau kakak belum lulus, mereka tetap diizinkan
untuk menikah. Pernikahan kakak adalah pengalaman
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 3