Page 15 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 15
melanjutkan kuliahku. Akhirnya akupun tak bisa bertahan
lagi, keinginan untuk selalu pulang tak terbendung lagi. Aku
merasa kuliah hanya akan memberatkan kedua orang tuaku
dan adikku tentunya. Aku ingin pulang dan bekerja, walaupun
aku tahu hanya pabriklah yang bisa menerima ijazah SMA‐
ku.Hal inilah yang membuat nilaiku semakin turun, setiap
ujian tak bisa mendapatkan nilai standar, akhirnya aku kena
DO alias dikeluarkan dengan tidak hormat. Aku menerimanya
dengan berat hati dan rasa malu yang mendalam. Aku
bahkan tidak berani memberi tahu teman sekampungku saat
aku DO. Setelah mengurus semua administrasi, akhirnya aku
pulang kampung.
Di kampung, aku sudah tak berani lagi keluar rumah
karena malu sama teman dan tetangga. Aku yang dulu dielu‐
elukan karena bisa diterima bebas tes, sekarang harus pulang
dengan status DO. Selama dua bulan aku tak pernah keluar
rumah. Beruntung rumah bapakku luas, walaupun selalu
berada di rumah aku tetap bisa menghirup udara segar di
halaman tanpa ada tetangga yang mengetahuinya.
Senyaman‐nyamannya di rumah, tidak berinteraksi
dengan tetangga bukanlah hal yang membahagiakan.
Rasanya aku seperti terpenjara. Hal itupun semakin membuat
bapakku sedih. Walaupun beliau tidak pernah memarahiku,
tidak pernah menyesal dengan apa yang aku alami, tapi rasa
sedih yang selalu beliau sembunyikan tetaplah nampak.
Keadaan ekonomi keluarga semakin limbung, ibu tak
pernah punya uang belanja lebih. Hanya gali lubang tutup
lubanglah keadaan yang harus bapak alami untuk
menyambung hidup. Ibu tetap berusaha tegar dengan segala
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 7