Page 20 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 20
Guru honorer sungguh sangat tidak menjanjikan. Dengan
gaji yang sangat kecil aku bertahan hidup. Aku sebenarnya
berkeinginan memasuki dunia usaha. Aku ingin berdagang
atau istilah kerennya berbisnis. Aku meyakini kalau dunia
bisnis lebih menjanjikan. Sambil mengajar, di sela‐sela hari
hari kosong, aku isi dengan menawarkan aneka macam
dagangan, mulai dari kain batik, sepatu, tas, dan aneka
kebutuhan lainnya. Aku menawarkan pada bapak ibu guru
terutama yang PNS di sekolah tempatku mengajar, dan juga
di sekolah‐sekolah sekitar.
Aku menawarkan daganganku dengan cara kredit. Bapak
ibu guru akan membayarnya dengan cara mengangsur saat
mereka gajian. Aku sadar betul kalau kredit itu bukan gaya
hidup yang sehat. Aku ingat bagaimana bapakku mengambil
kredit di bank untuk membiayai keluarga. Tapi itulah satu‐
satunya pekerjaan sambilan yang bisa aku lakukan di sela‐sela
waktu luang saat tidak mengajar. Walaupun aku berjualan
dengan cara kredit, aku tidak mengambil untung besar. Aku
mengambil untung sewajarnya, karena aku sadar betul kredit
itu memberatkan. Di dalam hatiku aku berjanji, sampai
kapanpun aku tidak akan berutang dengan cara kredit. Aku
akan berusaha membelanjakan uang yang aku punya saja.
Itulah janjiku pada diriku sendiri.
Waktu berlalu begitu cepat, adikkupun sudah mulai
kuliah. Adikku adalah anak laki‐laki satu‐satunya di keluarga.
Kebetulan dia diterima di salah satu perguruan tinggi di
Yogyakarta. Mau tidak mau dia harus tinggal di kos.
Walaupun mungkin bapak tinggal mengeluarkan biaya kuliah
untuk adikku, itu bukanlah beban yang ringan. Dengan gaji
12 | Danarti