Page 21 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 21
kecil, bapakku harus mengeluarkan biaya kuliah dan kos
untuk adikku. Akupun belum bisa membantu kedua orang
tuaku. Aku baru bisa menghidupi diriku sendiri, itupun masih
sangat pas‐pasan.
Walaupun adikku sudah memasuki bangku kuliah, tapi
kedewasaannya belum berkembang juga. Dia belum bisa
memahami betapa beratnya bapak menanggung beban
menafkahi keluarga. Adikku pada saat itu meminta kepada
bapak untuk dibelikan sepeda motor. Orang tua mana yang
tega tidak memenuhi permintaan anaknya. Akhirnya bapak
membeli sepeda motor dengan cara kredit juga.
Dari ketiga anak bapak, hanya akulah yang tidak pernah
meminta barang‐barang mahal. Aku ingat betul kakakku
marah seharian karena tidak dibelikan sepeda motor baru,
dia juga pernah marah saat tidak dibelikan gelang dan kalung
emas. Jujur saja aku tidak tega melihat bapak terlilit banyak
utang. Apalagi bapak hanya bisa membeli dengan cara kredit,
yang tentunya harga akan sangat melambung bisa dua kali
lipat
Demikianlah kehidupan yang terus berlalu, sampai
akhirnya aku memasuki usia 23 tahun. Aku masih saja tinggal
di kos dekat kampus dengan segala suka duka. Pada suatu
hari aku mampir ke kampus sekadar untuk bermain saja. Tak
sengaja aku bertemu dengan kakak kelasku satu jurusan yang
kebetulan dia belum lulus. Aku dan dia sebenarnya sudah
lama berteman, tapi karena aku lulus lebih dulu aku jarang
ketemu dia lagi. Kamipun mengobrol ke sana kemari. Sampai
akhirnya aku minta ke dia untuk diantar ke sebuah toko buku.
Aku mengatakan ke dia bahwa ini mungkin permintaanku
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 13