Page 23 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 23
melilitku. Aku selalu minta tidur bersama ibu dan
menceritakan segala keluh kesahku, sampai akhirnya lega
perasaanku. Ibu selalu memberikan solusi yang paling bijak
dan menenteramkan hatiku. Demikian juga dengan
masalahku ini, aku tidak akan begitu saja menerimanya tanpa
minta pendapat ibuku. Dalam pesannya ibu berkata, “Jodoh,
rezeki, dan mati itu takdir Allah, kalau ada orang yang suka
kepadamu dan akan menikahimu, semoga dia adalah
jodohmu, semoga dia adalah orang yang shaleh yang dikirim
Allah untukmu. Tapi kamu juga harus tahu, sebelum ada janur
melengkung, semuanya masih bisa terjadi. Andai semua
rencana menikah itu tidak terlaksana karena kehendak Allah
jangan sampai kau tangisi.” Ibu berjanji akan mengatakannya
kepada bapak. Aku rasanya tak mungkin mengatakannya
langsung kepada bapak. Aku sangat mencintai bapak, tetapi
hubunganku dengan bapak tidaklah sedekat hubungan anak‐
anak sekarang dengan bapak mereka. Bapak bagaikan
menara gading bagi anak‐anaknya. Semua masalah yang akan
disampaikan ke bapak haruslah melalui ibu.
Setelah ibu memberi tahu bapak ada laki‐laki yang
menyukaiku, bapak langsung memanggilku. Biasanya bapak
memanggil anak‐anaknya ke ruang tamu apabila ada masalah
yang akan dibicarakan. Aku, ibu, dan bapak sudah duduk
bersama, dan bapak bertanya apakah ada laki‐laki yang
menyukaiku, dan aku jawab,”Iya.”
Bapak berpesan apabila dia serius, dia harus segera
menghadap bapak. Pada saat itu bapak hanya bertanya dua
hal, dia berasal dari mana dan profesi ayahnya apa. Tidak
pernah bertanya pekerjaannya apa, gajinya berapa, punya
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 15