Page 27 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 27

Warung dan Kebahagiaan


                                     Kami





                   etelah  menikah,  aku  memulai  hidup  baru  dengan
             S
                   suamiku.  Kami  tinggal  di  sebuah  rumah  kontrakan
                   yang lumayan luas untuk ditinggali berdua. Kami
             mengontrak rumah itu karena uang sewanya murah. Rumah
             itu terletak dibawah pohon bambu yang sangat rimbun dan
             agak gelap. Mungkin karena tidak banyak peminat, sehingga
             uang sewanya murah. Bahkan kata tetangga rumah itu dihuni
             oleh  peri  berambut  panjang.  Tetapi  aku  tak  ambil  pusing,
             yang penting dapat rumah murah. Letak rumah itupun cukup
             jauh dari jalan yang dilalui transportasi umum. Satu‐satunya
             cara  untuk  mencapai  jalan  umum  dengan  sepeda  motor.
             Alhamdulillah  kami  punya  sepeda  motor  baru  hadiah  dari
             orang  tua  suami.  Beliau  berdua  bilang  sepeda  itu  adalah
             hadiah pernikahan kami.
                 Kalau  ingat  sepeda  motor  pemberian  mertuaku  ini
             rasanya  aku  jadi  malu.  Sepeda  motor  ini  berharga  tiga  juta
             lima  ratus  ribu  rupiah.  Mertuaku  membelikan  ini  tepat
             setelah  kami  menikah.  Beliau  berdua  mengatakan  akan
             membelikan sepeda baru tapi uangnya kurang sedikit. Beliau
             bertanya  apakah  kami  berdua  punya  tabungan  untuk
             mencukupkan  harga  sepeda  itu.  Kamipun  menghitung
             angpao  yang  diberikan  sanak  kerabat.  Terkumpullah  uang
             kira‐kira enam ratus ribu rupiah. Jumlah itu adalah uang


                      Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 19
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32