Page 31 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 31
Walau tidak sampai operasi caesar, tindakan picupun tak
bisa dihindarkan. Lahirlah anakku yang pertama. Rencana
awal, aku ingin melahirkan di bidan saja, karena selain biaya
yang lebih murah juga lokasinya dekat rumah. Tetapi rencana
tinggal rencana, Allahlah yang menentukan segalanya.
Tabungan kami akhirnya hanya cukup untuk membayar biaya
rumah sakit.
Dari rumah sakit aku diminta ibu untuk tidak pulang ke
kontrakan. Aku pulang ke rumah orang tuaku. Acara
syukuran akikahpun dilakukan di sana. Karena tabunganku
sudah habis, bapak merelakan dua kambing jantannya untuk
akikah cucunya. Alhamdulillah, atas semua rejeki yang Allah
berikan. Tiga bulan di rumah ibu, artinya kontrakan sudah
mulai habis. Suami memulai mengumpulkan gajinya untuk
mencari kontrakan lain karena kontrakan lama akan dijual
oleh yang punya rumah.
Awalnya rumah itu ditawarkan untuk kami beli. Harga
rumah yang lumayan luas itu hanya 6 juta rupiah. Tetapi uang
6 juta rupiah pada saat itu adalah hal yang tak mungkin kami
bayar. Suamipun harus segera mencari kontrakan lagi. Kami
tidak ingin berlama‐lama tinggal di rumah ibu. Mencari
kontrakan murah di kota bukanlah hal yang mudah. Setelah
bertanya‐tanya akhirnya dapatlah kontrakan, sebuah rumah
tua yang berdinding separuh bata separuh papan. Uang kami
hanya cukup untuk membayar separuh dari rumah itu.
Kelebihannya, rumah itu dekat dengan tempat suami bekerja.
Tinggal di rumah kontrakan, apalagi hanya separuh,
dengan kondisi yang setengah layak memang kurang
menyenangkan. Walau demikian, kami harus tetap bersyukur
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 23