Page 33 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 33
rencana yang harus kami wujudkan yaitu warung walaupun
kecil.
Aku usul pada suami untuk menentukan batas akhir
kapan kami punya warung. Batas waktu itulah yang akan
membuat kita punya tujuan yang pasti. Akhirnya kami
putuskan batas akhir punya warung dan mulai berjualan
adalah saat anak pertamaku berumur setahun. Saat rencana
itu dibuat anakku berumur 6 bulan. Sisa waktu 6 bulan itulah
awal kami bekerja keras mewujudlkan impian. Kami mulai
membangun emplek‐emplek.
Tempat itu belum bisa dikatakan sebagai rumah, karena
selain kecil, hanya tiga kali enam meter, fasilitas listrik air juga
belum ada, lantaipun masih pasir. Tetapi kami tetap
bersemangat membuka warung tepat di ulang tahun anak
kami yang pertama. Bermodalkan sisa uang yang ada, kami
hanya mampu membeli sebuah etalase kaca, dan belanja
barang sebesar dua ratus ribu rupiah. Tepat pada tanggal 12
Agustus tahun 1995, jam enam pagi, warung kami buka untuk
pertama kalinya. Harap‐harap cemas menunggu pembeli
lewat, sambil bertanya dalam hati akankah ada pembeli yang
mampir hari ini kami sabar menunggu.
Alhamdulillah ternyata pembeli pertama adalah anak
sekolah, dengan berdebar hati aku tanya mau membeli apa,
dia membeli permen sebutir yang harganya dua puluh lima
rupiah. Aku tetap merasa sangat gembira, ternyata ada
pembeli yang mau mampir ke warung kami. Hari itu adalah
hari yang sangat membahagiakan bagiku. Aku yakin Allah
akan memberi lebih banyak rezeki lagi kalau mau berusaha.
Hari pertama warung aku tutup jam 9 malam dengan
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 25