Page 29 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 29
kami masih bisa mensyukuri semua rezeki yang diberikan
oleh Allah. Untuk menambah penghasilan, suamiku
memberikan pelajaran tambahan pada murid‐murid yang
memintanya. Walaupun bayarannya seikhlasnya, kami
menerimanya dengan rasa syukur. Alhamdulillah kedua orang
tua dan juga mertuaku sangat mempedulikan kami. Mereka
masih memberikan beras untuk kami makan berdua,
sehingga biaya hidup kami bisa lebih irit.
Bulanpun berganti, setiap hari naik bus umum aku lakoni,
tak menyurutkan semangatku mencari rezeki. Akupun mulai
dititipi amanah oleh Alloh berupa kehamilan. Sejak mulai
hamil, kamipun sudah harus merencanakan masa depan anak
kami nanti, terutama asupan nutrisi bagi sang calon bayi.
Kamipun mulai sedikit demi sedikit menabung untuk biaya ke
dokter. Mengandalkan uang gaji sebagai guru honorer
tentulah sangat jauh dari cukup. Suamipun mencari usaha
tambahan, selain memberikan les pada murid‐muridnya, dia
punya usaha jual aneka baju dan sepatu.
Kebetulan ada tetangga ibu mertua yang merantau ke
Papua, mereka berjualan aneka baju dan sepatu. Suamiku
memasok segala macam barang sesuai dengan pesanan.
Barang‐barang itu kemudian dikirim ke Papua,
pembayarannya empat bulan berikutnya. Karena kami hanya
memiliki sepeda motor satu‐satunya, kami biasa mengangkut
barang berkarung‐karung hanya dengan motor. Sampai suatu
hari saat kandunganku berumur kira‐kira enam bulan, seperti
biasa kami kulakan barang dagangan. Kami biasa
mengangkut dua karung barang. Karung barang kami taruh
di tengah. Saat ada pemeriksaan kendaraan bermotor
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 21