Page 25 - MENJADI GURU SEJAHTERA TANPA UTANG-
P. 25
sekarang. Telepon rumah saja aku tak punya, apalagi
handphone. Pada saat itu hanya orang kayalah yang memiliki
telepon dan HP. Sarana komunikasi tercepat satu‐satunya
yang kami pakai hanyalah telegram. Maklum jarak tempat
kami tinggal berjauhan, sehingga tidak mungkin bisa selalu
berkomunikasi langsung setiap hari.
Akhirnya, atas jasa baik pakde dan bude, calon bapak ibu
mertuakupun mengizinkan kami menikah. Itupun dengan
syarat yang lumayan banyak. Salah satu syarat itu di
antaranya adalah, bapak ibu tidak akan menyelenggarakan
resepsi besar‐besaran seperti yang diselenggarakan pada
saat kakaknya menikah dulu. Bagi kami, syarat itu bukan
syarat yang berat, karena kami memang tidak ingin acaranya
diselenggarakan besar‐besaran. Bagi kami, ijab kabul
pertanda sah sebagai suami istri itu sudah cukup. Kamipun
berjanji tidak akan merepotkan bapak ibu semuanya. Kami
sudah memiliki rencana sendiri. Setelah menikah kami akan
tinggal di kontrakan. Kami tidak ingin satu di antara kita
saling direpotkan ataupun merepotkan.
Tepat di usia 24 tahun, kami menikah. Aku dan suami
memang memiliki tanggal, bulan, dan tahun lahir yang
hampir sama. Aku terlahir 15 hari lebih dulu dari suami. Kami
berdua punya komitmen, sebelum menikah kami harus sudah
punya rumah kontrakan yang bisa dipakai, paling tidak untuk
berteduh, maklum keadaan perekonomian kami memang
masih sangat sulit. Yang berikutnya adalah, kita akan tinggal
paling lama seminggu di rumah orangtua dan seminggu di
rumah mertua, selebihnya kita harus pulang ke rumah
kontrakan. Kami juga punya kesepakatan, semua masalah
Menjadi Guru Sejahtera Tanpa Utang (Bukan Mimpi) | 17