Page 121 - KONSEP DASAR PKN -
P. 121
b) Perlawanan di Tasikmalaya, Jawa Barat
Perlawanan di Singaparna, Tasikmalaya, ini dipimpin oleh Kyai Haji Zaenal
Mustofa. Perlawanan ini terkait dengan tidak bersedianya K.H. Zaenal Mustofa
untuk melakukan Seikeirei, memberikan penghormatan kepada Kaisar Jepang.
Dalam pandangan Zaenal Mustofa, membungkuk seperti itu sama saja dengan
memberikan penghormatan lebih kepada matahari, sementara dalam hukum
Islam hal tersebut terkarang karena dianggap menyekutukan Tuhan.
Pemerintahan Jepang kemudian mengutus seseorang untuk menangkapnya.
Namun utusan tersebut tidak berhasil karena dihadang rakyat. Dalam keadaan
luka, perwakilan Jepang tersebut memberitahukan peristiwa tersebut kepada
pimpinannya di Tasiklamalaya. Karena tersinggung, Jepang pada 25 Februari
1944 menyerang Singaparna pada siang hari setelah shalat Jumat. Dalam
pertempuran tersebut Zaenal Mustofa berhasil ditangkap dan kemudian
diasingkan ke Jakarta hingga wafatnya. Jenazahnya dikuburkan di daerah Ancol,
dan kemudian dipindahkan ke Tasikmalaya.
c) Perlawanan Sejumlah Perwira Pembela Tanah Air di Blitar, Buana dan Paudrah
(Aceh), dan Cilacap
Perlawanan sejumlah perwira Pembela Tanah Air (Peta) di Blitar terjadi
pada 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh Syudanco Supriyadi. Ia adalah
seorang syodanco (komandan peleton) Peta. Perlawanan Supriyadi ini
disebabkan karena tidak tahan lagi melihat kesengsaraan rakyat yang mati
karena romusha. Namun perlawanan tersebut dapat diredam oleh Jepang.
Perlawanan ini tampaknya tidak direncanakan dengan matang sehingga
mudah untuk digagalkan. Akhirnya para anggota Peta yang terrlibat
perlawanan diadili di Mahkamah Militer Jepang. Orang yang berhasil
membunuh Jepang langsung dijatuhi hukuman mati, antara lain: dr. Ismangil,
Muradi, Suparyono, Halir Mangkudidjaya, Sunanto, dan Sudarmo.
Dalam persidangan tersebut, Supriyadi sendiri sebagai pemimpin
perlawanan tidak diikutsertakan. Beberapa pihak mengatakan bahwa
Supriyadi sesungguhnya sudah ditangkap dan dibunuh secara diam-diam, ada
pula pihak yang percaya bahwa Supriyadi mokswa alias menghilangkan diri
tanpa jejak Selain di Blitar, perlawanan pemuda Peta juga meletus di dua
BAB 5 SEJARAH PERJUANGAN BANGSA | 117

