Page 74 - Edelweis Bayan_Neat
P. 74
Disebut isnad hakikat ‘aqli dan isnad ma�
jaz ‘aqli. Alasan isnad yang merupakan tarkib ini
kemudian menjadi alasan Kyai Wahab dan Prof.
Fuad memasukkan majaz ‘aqli pada pembahasan
majaz berdasarkan tarkib.
Lebih enak jika menggunakan pendeka�
tan konotatif-denotatif dalam bahasa Indonesia.
Meski agaknya seperti dipaksakan serta tidak
selalu benar dan tidak selalu salah. Bahwa haki�
kat dan majaz itu sebenarnya pembahasan ten�
tang makna yang mana ia tak berwujud. Dalam
konteks bahasa, lafadz-lah yang menjadi perwu�
judan, pengejawantahan, atau dalil dari makna
hakikat dan majaz.
• Ketika suatu lafadz bermakna hakikat (sesuai dengan definisi yang tercantum pada kamus),
lafadz tersebut disebut dengan lafadz hakiki.
• Ketika suatu lafadz bermakna majaz (melewati atau pindah ke makna lain selain apa yang
ada pada kamus), lafadz tersebut disebut lafadz majazi.
• Lafadz hakiki hanya punya makna hakikinya, sedang lafadz majazi punya makna hakiki
dan makna majazi.
Karena itu, majaz ‘aqli sebenarnya bukan berarti di luar pembahasan bahasa. Ia masih dalam
pembahasan bahasa sebagaimana pada diktat.
2. Mengingat kembali majaz ‘aqli
“Air mata langit telah menyuburkan
tanah-tanah yang kering. Langit menangis kare�
na para putranya malah merusak lapisan ozon
semena-mena. Bahkan ibu mereka pun malah
diperkosa secara paksa. Tapi tangisan bapak
ialah tangisan murni. Air matanya menghidup�
kan. Kapasnya yang lembut ia relakan untuk
melindungi si anak laknat dari panas surya.”
Pada contoh di atas, jika menggunakan
kacamata majaz dalam bahasa Arab, maka akan
ya.” 17 diketemukan setidaknya dua majaz lughawi dan
17 “Ibu Bumi (Pertiwi), Bapak Angkasa” ialah filosofi Jawa dalam menggambarkan hubungan bapak yang
menghujani bumi sehingga menjadikannya subur.
72 Buku Ajar Edelweis Bayan