Page 75 - Edelweis Bayan_Neat
P. 75
dan ‘aqli sekaligus. Majaz lughawi terdapat pada kata “air mata langit” yang merupakan isti’arah dari
air hujan. Sedangkan majaz ‘aqli terdapat pada posisi ia yang menjadi musnad ‘ilaih (subjek) dari
“menyuburkan” yang menjadi musnad (kata kerja)-nya.
Air mata langit merupakan majaz “lughawi” isti’arah dari musta’ar lah air hujan. Sedangkan
posisinya yang menjadi subjek dari menyuburkan merupakan majaz ‘aqli dengan ‘alaqah sababiyyah.
Karena pada hakikatnya, bagi kaum muslimin bukanlah air hujan yang menyuburkan tapi Allah SWT.
Sedang air hujan hanya menjadi sebab.
Majaz ‘aqli sendiri dalam diktat ialah:
ْ ِ
ٍ ليِوأاَتِب ُ هَل عضو ام ريغ هل سبلام ام ىلإ� ههبش وأ� لعَفل� دانسإ�
َ
ْ
ُ َ َ
“Menyandarkan fi’il atau serupanya (isim fa’il, isim maf’ul, mashdar) kepada pemakai fi’il yang tidak
pantas untuk disandarinya, dengan mempergunakan takwilan”
Kalimat contoh di atas jika dialihkan dalam bahasa Arab ialah:
عقَلاب ءامسل� عومد ب َ ص َ خ
َ
َ
atau
عقَلاب بصخم ءامسل� عومد
Dimana takwilannya:
ءامسل� عومد ببسب عقَلاب ه ل �لا بصخ
atau
ءامسل� عومد ببسب عقَلاب بصخم ه ل �لا
3. Macam-macam Majaz ‘Aqli
Sebagai bagian dari upaya mengingat, ada baiknya jika mengingat sambil memahami kem�
bali macam-macam Majaz ‘Aqli pada bagian ma’ani. Setidaknya macam-macam Majaz ‘Aqli ialah:
Makaniyyah, Zamaniyyah, Sababiyyah, Mashdariyyah, Fa›iliyyah, dan Maf›uliyyah. Macam-macam ini
lahir berdasarkan هل سبلام ام (pemakai fi’il) yakni: fa’il, maf’ul, mashdar, zaman, makan, dan sebab.
Mereka malah menjadi musnad ilaih (yang disandari), baik berupa fa’il atau mubtada, dari musnad
berupa fi’il atau khabar syibhul fi’li yang semestinya diisi oleh musnad ilaih yang pantas.
Pantasnya suatu lafadz menjadi musnad ilaih dari musnad (alias bermakna hakikat) itu tiada
18
lain bisa diketahui melalui akal (‘aqliyyah). Atau melalui qarinah seperti pada definisi balaghatul
wadhihah:
ةغلاب( .يقُيقُحل� دانس إ لا� ةد�رإ� نم ةعَنام ةنيرقَ عم ةقَلاعَل هل وه ام ريغ ىلإ� هانعَم يف ام وأ� لعَفل� دانسإ�
)ةحض�ول�
18 Suatu isnad dikatakan hakikat bisa karena: sesuai kenyataan dan keyakinan, salah satu dari keduanya, atau tidak
sesuai kenyataan dan keyakinan sama sekali. (lihat hal. 16 diktat)
Buku Ajar Edelweis Bayan 73