Page 76 - IST Baru
P. 76
Pangdam IX/Mulawarman ke-11 Brigjen TNI Henry Santoso tahun 1982 telah
membantu pembangunan lapangan terbang perintis di Data Dawai dan Long Apung
yang dilaksanakan Denzipur-7 Kodam IX/Mulawarman dan Yonif 611/AL. Kerja sama
keamanan daerah perbatasan Kalimantan Timur dan Malaysia Timur berlanjut melalui
Rapat Koordinasi, Rakor ke-2 yang dipimpin oleh Pangdam IX/Mulawarman Brigjen
TNI Ery Soepardjan dan Panglima 5 BIM Brigjen Arul Pragasan tanggal 18 Juli 1977 di
Balikpapan. Rapat koordinasi ini dilanjutkan sekali setahun.
Kerja sama Malaysia-Indonesia di bidang latihan bersama telah dilaksanakan
di daerah Kaltim dalam latihan bersama Tatar Malindo (Tawao-Tarakan Malindo). Tatar
Malindo I (Latihan Kewilayahan Bersama), dilaksanakan tahun 1980 di daerah Mang-
gar. Tatar Malindo II di Kinibalu tahun 1983 dan Tatar Malindo III tahun 1984 di Mang-
gar, Baljkpapan. Brigjen TNI I Gde Awet Sara selaku Pangdam IX/Mulawarman ke-12
dan yang terakhir telah melaksanakan pembangunan Markas Kodam IX/Mulawarman
yang baru di Balikpapan. Peresmian Makodam IX/Mulawarman yang baru ini bulan
Februari 1985, telah mengantar Kodam IX/Mulawarman menuju reorganisasi.
Tanggal 30 April 1985 Kasad Jenderal TNI Rudini secara resmi menyatakan likui-
dasi Kodam IX/Mulawarman. Wilayah Kalimantan Timur selanjutnya berada di bawah
Komando Resort Militer 091/Aji Surya Natakesuma Kodam VI/Tanjung pura.
Pada masa kepemimpinan Brigjen Henry Santoso rencana pembangunan Ma-
kodam Kaltim mulai dirintis, yang juga diwarnai oleh pembangunan monumen per-
juangan rakyat Kaltim di depan Mako tersebut. Pembangunan monumen itu sendiri
didukung oleh peran serta para dermawan di daerah ini.
b. Komando Daerah Militer X Lambung Mangkurat
Sejarah Kodam Lambung Mangkurat sejak berada’di bawah naungan Kowilhan
III/Sulawesi Kalimantan mulai 1974 tak banyak berubah dari masa sebelumnya. Sekitar
masa itu keadaan situasi Kalsel relatif tenang bersamaan waktunya dengan masa-ma-
sa menjelang berakhirnya Pelita I.
Ketika Pelita II mulai dicanangkan, di mana faktor stabilitas politik keamanan
dengan pertumbuhan ekonomi dalam trilogi mulai seimbang, maka pembangunan
ABRI mendapatkan tempat yang layak dalam GBHN dan dijabarkan dalam Renstra I
(1974-1978). Perumusan strategi hankam untuk daerah Kalimantan pun berubah kem-
76