Page 73 - IST Baru
P. 73

yang sudah terpecah dalam kelompok kecil dan tidak mempunyai pendukung lagi,
                  melarikan diri ke hutan-hutan.

                         Operasi  tempur sejak bulan April 1970 dilancarkan ke daerah Sektor Timur
                  menghancurkan gerombolan PGRS di daerah Lanjak, Badau, Melantung dan Embaloh.
                  Koops Sektor Timur di bawah Komandan Korem 121/Alambhana Wanawwai Kolonel
                  Kadarusno didukung oleh satuan Brigif 12/Guntur Kodam VI/Siliwangi dengan Yonif
                  324 dan Yonif 327. Kodam VII/Diponegoro menugaskan Yonif 406 dan Yonif 412, ser-
                  ta Yonif 126/Bukit Barisan. Kodam XII/Tanjungpura  mendapatkan tambahan kekua-
                  tan dengan diresmikan Denzipur-6 Kodam XII/Tanjungpura operasi penumpasan di

                  daerah Sektor Timur pada tahun 1971 telah menghancurkan kekuatan PGRS pimpinan
                  Wong Kie Chock di  daerah sungai Embaloh. (daerah Sepang, Sadap, Batu Peti dan
                  Tekelan). Taktik memisahkan gerombolan dari penduduk Suku Iban dan penduduk
                  keturunan Cina di daerah Sektor Timur ini telah berhasil mempercepat penumpasan
                  gerombolan.

                         Stabilitas  keamanan yang semakin meningkat telah mendukung perkemban-
                  gan sosial politik yang baik. Pelaksanaan Pemilu tahun 1971 telah berjalan lancar,
                  untuk mendukung terciptanya keamanan yang mantap di daerah perbatasan sejak
                  tahun 1971 Kodam Xll/Tanjungpura bersama Pemda Tingkat I Kalimantan Barat mel-
                  ancarkan Operasi Ekonomi Daerah Perbatasan.

                         Brigjen  TNI Seno Hartono yang memangku jabatan Pangdam XII/Tanjungpura
                  sejak 11 April 1973 melanjutkan operasi pembersihan sisa-sisa gerombolan pengacau
                  diseluruh daerah Kalimantan Barat. Pada saat itu pula Kodam Xll/Tanjungpura beralih
                  status menjadi bagian dari Kowilhan l/Sumatra Kalimantan Barat.


                  4.  Kowilhan I/Sum-Kalbar dan Kowilhan III Su-Kal (1974 – 1985)

                         Awal dasawarsa 70,  situasi Asia Tenggara diwarnai oleh perebutan pengaruh
                  adikuasa yang padat, apresiasi ancaman dari para perumus strategi pendahulu kita
                  mengalami pergeseran, dimana faktor efisiensi dan efektivitas serta ketidakpastian
                  sumber daya turut mewarnainya. Eskalasi situasi pada waktu itu mendorong para pe-

                  mikir untuk lebih mewaspadai corong-corong strategis sebagai kemungkinan jalan
                  pendekat ancaman ke dalam wilayah Nusantara.
                         Pada  penyusunan kompartemen strategis sebelumnya (masa Koandakal dan








                                                                                                                 73
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78